Jumat, 06 Agustus 2010

JAKA TARUB



Ulasan
Nilai-nilai yang dapat di ambil pembaca dari cerita rakyat tersebut ialah :
-Kesenangan : Jaka Tarub mendapatkan apa yang dia mau walau dengan kebohongan.
-Informasi : Pembaca dapat mengenal dunia fantasi yang tidak nyata menjadi sebuah imajinasi yang menarik.
-Warisan Budaya : Dahulu masih banyak orang2 desa yang menggunakan sungaisebagai tempat mandi dan orang-orang desa menggunakan kuali untuk menimbun berasnya didesa.
-Keseimbangan Wawasan : Walaupun jaka tarub berbohong, tapi dia sangat mencintai nawang wulan, sehingga ia harus berbohong agar tidak kehilangan nawang wulan.

Hubungan yang terjalin dengan orang yang kita sayang, tidak akan bisa bahagia jika didasarkan pada kebohongan.
Jadilah orang yang pemaaf dan maafkanlah orang yang telah melakukan kesalahan pada kita.
Jagalah selalu amanah yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya.

Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Budaya
Dalam cerita disebutkan Nawang Wulan menggunakan cara tradisional dengan menumbuk padi sebelum memasaknya.
Masa sekarang cara tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih ke cara modern.

2. Nilai Agama
Adanya perbandingan nilai yang terkandung dalam cerita dengan nilai yang terjadi saat ini.

3. Nilai Moral
Dalam cerita, Nawang Wulan memaafkan suaminya yang telah berbohong dan mengkhianatinya.
Untuk masa sekarang, wanita seperti Nawang Wulan sudah mulai langka.

Cerita Rakyat Jaka Tarub mengandung banyak makna dan pesan moral yang bisa Anda ambil. Bukan hanya sekedar cerita pengantar tidur.

Cerita ini layak terus di kenalkan kepada generasi muda agar tidak lupa akan budaya bangsa.


Sebuah lakon Parodi
Dua babak
JAKA TARUB*


PARA PELAKU : DALANG
JAKA TARUB
NAWANG WULAN
PEMBACA PUISI
MACAN
PRODUSER FILM
PEREMPUAN 1
PEREMPUAN 2
PEREMPUAN 3
PEREMPUAN 4
PEREMPUAN 5
PEREMPUAN 6
PEREMPUAN 7
KOOR
MUSISI
PANGGUNG : Sebelah kiri kelompok musik dan dalang.
Sebelah kanan kelompok suara.
Ruang tengah tempat bermain.
WAKTU : Sekarang. Malam bulan purnama.


BABAK I

MUSIK. Alu dan lesung. Tema.

KOOR. Nyanyi lagu dolanan.

DALANG : Maka si bulan seperti roda cikar bundar merah di timur ketika sungkup bumi adalah malam.
Kau timang bayimu di ranjang kau ikat sapimu di kandang kau bakar nyamuk dengan racun seperti kini kubakar danyang siluman dengan kemenyan.
(membawa kemenyan dan asap mengepul tebal).

KOOR : Gung liwang liwung
Gung liwang liwung (dst)

DALANG : Segala dedemit, segala danyang, segala hantu…

KOOR : Gung liwang liwung (dst)

DALANG : Segala alang-alang parewang-rewang
silakan angkat hidung dan pulang ke gunungmu, hutanmu, lautmu, kapal layarmu, awing-awang…
diamlah dibalik tabirmu yang jauh dan temaram

KOOR : Niyatingsun buka layar
Buka wayang buka lakon
Dengan kalimat: La ilaa ha illAllah

KOOR : Muhammad rasulullah

MUSIK. Suling dan rebana. Syahdu.

KOOR : (menyanyi).
Si Jaka
Si Jaka
Jaka Tarub
Anak tani
Anak lading
Anak gunung gemunung di sawah desa
Si Jaka
Si Jaka
Jaka Tarub

DALANG : Anakku lanang
Jaka tak banyak tingkah
Sudah jelang akil balig
Seperti tertulis dalam babad
Ketemu jodoh Nawang Wulan, bidadari
Kala pelangi lembayung senja hari
Turun di kolam palung

KOOR : Si Jaka
Si jaka
Jaka Tarub

MUSIK. Alu dan lesung. Tema.

JAKA TARUB : (Masuk ke tempat bermain. Berpakaian molek anak muda sekarang dan mencangklong ransel pelancong di punggung).

DALANG : (Tercengang cengang).

JAKA TARUB : (Acuh tak acuh).

DALANG : (Membentak). Hei danyang jalanan! Tak tahu adat. Belum kenyang minum menyan makan sajen, masih juga kau ganggu wilayahku. Awas rasain kau! (menambah dupa dan asap kembali tebal. Komat-kamit, dahi berkenyit keras).

JAKA TARUB : (Mendekati dalang, diangkatnya berdiri, dibawa duduk di tempat bermain).
Kakek, kek,kakek… (membangunkan orang tidur-duduk).sudah kek, bangun kek….

DALANG : (Membuka mata lambat-lambat).

JAKA TARUB : Danyang sudah lari ketakutan. Mantera kakek tajam bukan main .

DALANG : Hah? Kau? Kau?

JAKA TARUB : Cucumu sendiri. Si Jaka

KOOR : (menyanyi)
Si Jaka
Si Jaka
Jaka Tarub
Sudah datang
Sudah lahir
Anak kota penggadang di jalan raya
Si Jaka
Si Jaka
Jaka Tarub

DALANG : (Terhempas dan terpaku). Haaaah! Aku tak percaya. Kau danyang jalanan. Jaka tarub pasti persis bapaknya, persis kakeknya, buyutnya, moyangnya. Dia warisan jaman tua yang tak pernah berubah. Adapt. Budaya. Seni. Pribadi. Tumbal. Turun temurun sperti leluri.

JAKA TARUB : Dan bangga…

DALANG : Dan bangga.

JAKA TARUB : Mampus di museum. (ketawa).

DALANG : Nasib tumbal.

JAKA TARUB : Tidak mau. Saya ambil jalan sendiri, memenggal jalan kalian.

DALANG : Kau bukan Jaka Tarub.

JAKA TARUB : Lantas siapa?

DALANG : Danyang!

JAKA TARUB : Dengar. Saya tahu gunung, hutan, sawah, cangkul, gaplek, kerbau, angina barat, perkutut, wayang, keris, primbon, babad, gembleng.
Saya tahu ngebleng, samadi, pucuk hidung. Saya kenal Nawang Wulan, Dewi Sri, Nyi Rro Kidul, Gusti Kanjeng, Gusti Rasul, Gusti Allah. Dan saya kasihan kau masih tetap dalang.

DALANG : Danyang, danyang, danyang…. (mengambil kitab babad, memeriksa, membolak-balik halaman). Cocok. Tidak keliru satu aksarapun. Saya tidak mengerti.

JAKA TARUB : Saya sumpek di museum, Kakek. Ketika kau panggil aku dank au bangkitkan dari mati-wayang bukan kepalang girangku. Aku meregang dari himpitan kitab-kitab tebal berdebu, meloncat lewat jendela belakang dan lari di semak-semak kayu kangkung.

DALANG : Kayak kucing. Tanpa salam tanpa sembah.

JAKA TARUB : O sudah.

DALANG : Pakaianmu?kenapa ganti koboi begini?

JAKA TARUB : O-oh, tukar tambah di butik Monel. Cara Perancisnya: BOUTIQUE DE MONELE. Mereka pada demam mode kuno. Lihat aku dapat tukar 20 baju, 20 celana, 20 sepatu, 20 ikat pinggang, 20 bundel cek pelancong dan deposito di Bank. Dengan benda-benda ini bola bumi di tangan.

DALANG : Calon gelandangan.

JAKA TARUB : Seperti ramalan orang-orang pinter: masa depan adalah kebudayaan mobil. Saya siap dari sekarang.

DALANG : Rusak, rusak…

JAKA TARUB : Daripada bulukan di bilik kotoran sawang, jadi bubur rayap.

DALANG : Tobat, tobat…
Lalu kemari ada apa? Mau merusak pedalangan? Berlagak? Ha?

JAKA TARUB : Kakek panggil aku untuk apa? Saya anak wayang. Main lakon dong. Sekalian pamit.

DALANG : Hei minggat ke mana kau, Buyung?

JAKA TARUB : Aku sudah gede. Tengok kumisku nggak pakai ingus. Lakon apa kita ini malam?

DALANG : Janji: tidak ngaco.

JAKA TARUB : Wayang yang baik: setia dan paham kerja kolektif dan siapa dalang. Begitu bukan?

DALANG : Tukar pakaianmu.

JAKA TARUB : Alaaa soal embel-embel lagi. Pakaian kita untuk show. Mereka sedang memperagakan mulai cawat Nabi Adam sampai mantel Astronot. Berani bertaruh mode Jaka Tarub laku keras. Baca besok di Koran. (menitip beban punggung pada kelompok musik). Ayo kita mulai… (bergerak memasuki peran. Kepada kelompok suara). Panggil Nawang Bulan.

KOOR : (menyanyi). Nawang Wulan. Na---

DALANG : (memotong). Stop! Stop! Aku tidak tanggung Wulan pingsan melihat kau pakaian edan begini.

JAKA TARUB : (ketawa).

DALANG : Baik jangan hidupkan. Lebih damai ia di tempatnya asal.

JAKA TARUB : Terlambat, pak Dalang. Sudah kubangunkan. Kami bersama loncat di jendela ketika penjaga museum terkantuk-kantuk di kursi pojok.

DALANG : Ha? Ampun, nak… (histeris). Di mana anakku Wulan? Di mana? Di mana. Wulan? O Wulan…

JAKA TARUB : Entah. Kami pisah sesudah kebun kangkung.

DALANG : Laki-laki tanpa kelembutan.

JAKA TARUB : Dia ngajak pisah. Kau harus tahu, perempuan sekarang tidak mau di buntut laki-laki. Saya senang sikap demikian. Tanpa saling menyakitkan hati.

DALANG : Sama edan kalian.

JAKA TARUB : (kepada kelompok suara). Okey, panggil Wulan.

DALANG : (memotong). Jangan dulu. (berpikir). Kalau begitu tak usah adegan Bidadari turun mandi.

JAKA TARUB : Pakai ah. Perlu! Kami habis… (berbisik ke Dalang) di kebun kangkung.

DALANG : Hah? (pingsan).

PARA LELAKI dari Kelompok Suara buru-buru bangkit, menggotong Dalang ke tempatnya duduk di Kelompok Musik.

MUSIK.alu dan lesung. Tema.

KOOR : (menyanyi)
Nawang Wulan
Nawang Wulan
Wulan putri kayangan
Ketika senja pelangi lembayung
Di jatuh di kolam palung
Tujuh bidadari tujuh warna
Tujuh pohon bidara runduk menutup muka
Nawang Wulan
Nawang Wulan
Wulan pelangi senja

MUSIK. Suling, dll.

KOOR : (bangkit jejer wayang di latar belakang. Di tangan mereka ranting-ranting berdaun, bergerak kekiri-kekanan. Suara angin).
…… : Liaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Liuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
Liaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Liuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
(dst)

JAKA TARUB : (Di depan Koor, membelakangi penonton. Daun-daun ke kanan, dia ke kiri, dan sebaliknya).

KOOR : Liaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Liuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
(dst. Maju ke depan melewati Jaka Tarub, berhenti, menutupi dia).

JAKA TARUB : (Berbalik. Pohon-pohon lebat di depannya. Angina lia-liu. Menyibak sela-sela pohon. Belukar. Meninjau ke sekitar).

KOOR : (Angin lia-liu. Maju lagi melewati Jaka Tarub).

JAKA TARUB : (Menyusup di semak-semak belukar, sela-sela kaki)

KOOR : (Angin lia-liu. Makin ke depan, sampai batas procenium).

JAKA TARUB : (Tidak bisa lagi menerobos)

KOOR : (Angin lia-liu membelah dua barisan. Berbalik membelakangi penonton. Satu ke kiri, satu ke kanan. Mengelilingi Jaka Tarub, melingkar semakin rapat, rapat, menjadi satu tubuh pohon besar)

JAKA TARUB : (Dalamgoa teras pohon)

KOOR : (Angin mendesis) Sssssssssssssssssssssssss

JAKA TARUB : (Memanjat di dalam, muncul di puncak pohon. Meninjau-ninjau ke sekitar. Pandangannya ke kolam bening sejauh lemparan. Memetik buah, melemparkan kesana)

BUNYI AIR : (Tiba-tiba) Plung

KOOR : (Mendesis)

JAKA TARUB : (Turun, keluar dari goa lewat sela-sela kaki. Merangkak. EXIT)

KOOR : (Mendesis. Dan buyar, kembali jejer wayang di latar belakang. Daun-daun bergerak lagi. Angina lia-liu)

JAKA TARUB : (Merangkak masuk, seperti serigala kehausan, menuju kolam. Minum dengan memoncongkan mulutnya, sepuasnya, lalu seluruh kepala masuk air. Menengadah kayak kuda segar bugar. Melenguh panjang akan membuka kancing baju…)

TIBA-TIBA…

MUSIK. Riang gembira, bertalu talu.

TUJUH PEREMPUAN (Perempuan 1,2,3,4,5,6,7) melayang-layang di atas kolam. Sayap-sayapnya selendang transparan, masing-masing berlainan warna.

KOOR : (Angin kencang-kencang)

JAKA TARUB : (Lari-lari bersembunyi di balik pepohonan)

DALANG : (Siuman. Membelalak senang melihat Tujuh Perempuan).

7 PEREMPUAN : (Melayang-layang dan hinggap di tepian; lari-lari keliling kolam. Mendayung-dayung air dengan kaki dan tangan. Melambung-lambungkan sayap keluar dan kedalam lingkaran. Lari makin pelahan makin pelahan, berhenti. Ujung-ujung sayap bertemu di pusat kolam).

KOOR : (Angin makin lirih makin lirih)

7 PEREMPUAN : (Melambungkan sayap-sayap. Menari “Buka Pakaian”)

KOOR : (Angin lia-liu. Membelah dua, melingkar memagari kolam)

7 PEREMPUAN : (Nampak disela-sela pagar. Melemparkan sayap-sayap keluar pagar. Lalu kain panjang, baju, pengikat pinggang, dsb, dsb.)

MUSIK DAN KOOR dalam lagu “Bidadari Turun Mandi”.

JAKA TARUB : (Turun dari tebing di latar belakang. Mengendap-endap, mengumpulkan barang-barang pembungkus perempuan, dibuntal dalam kain panjang. Dipanggul dipunggung kayak maling kampung. Akan melangkah...)

PEREMPUAN 1 : (Sejak tadi mengawasi Maling, meloncati pagar, menangkap buntalan di punggung, menyeret Maling ke dalam pagar)

7 PEREMPUAN : (Beramai-ramai menghukum Jaka Tarub yang tampak timbul tenggelam di balik pagar berusaha melepaskan diri)

JAKA TARUB : (Akhirnya menyerah kalah)

KOOR : (Pagar buyar; kembali ke kelompok Suara)

7 PEREMPUAN : (Memberi minum Jaka Tarub sehingga kembali segar)

PEREMPUAN 1 : (Mendekati Kelompok Musik, melemparkan segumpal uang)

DALANG : (Isyarat : Untuk apa?)

PEREMPUAN 1 : (Isyarat : Minta lagu)

DALANG : (Lagu apa?)

PEREMPUAN 1 : (Bergoyang pinggul dan tangan dan kepala)

DALANG : (O, Cokek. Mengangguk-angguk. Kepada Musisi:) Cokek, cokek, tarik.

MUSIK. Gending cokek. Tari “Sinbad dan 7 Amazon”.

JAKA TARUB : (Melayani mereka ngibing. Mula-mula dia yang menyeret satu dari mereka ke semak-semak. EXIT. Masuk lagi, menari lagi. Menyeret lagi. EXIT. Pada ronde ke empat dia yang di seret dua perempuan. EXIT. Masuk dengan dipapah. Diberi minum lagi. Segar bugar kembali. Menari, menyeret, atau diseret. Diberi minum)

PEREMPUAN 1 : (Memetik jambu bol, disuapkan ke Jaka)

JAKA TARUB : (Merasa kuat kembali, menari dengan ganas)

7 PEREMPUAN : (Pada puncak lagu yang panas berbarengan menyerbu Jaka Tarub, mengerubut, memperkosanya)

DALANG : (Tidak tahan melihat. Mendekati kerubutan) Sudah, sudah, sudah....

PEREMPUAN 2 &3 : (Menyongsong Dalang dengan tarian yang akan menerkam layaknya)

DALANG : (Berbalik ke tempatnya)

PEREMPUAN 2 &3 : (Kembali menyerbu Jaka)

DALANG : (Membuka-buka Kitab Babad, tidak menemukan baik kalimat maupun tersirat bahwa Jaka Tarub ada di kerubut. Mendekati kerubutan Perempuan)
Hei berhenti! Ini tidak ada dalam plot. Kalian ngaco!

PEREMPUAN 1 : (Tenang menyambut Dalang, melihat halaman kitab,minta membaca, kitab di tangannya, ditutup, dan dihempaskan ke lantai. Kembali dia menyerbu Jaka)

PEREMPUAN 2 & 3 : (Bangkit , menari-nari, ngibing Dalang)

DALANG : (Tergerak juga tangannya menari cokek. Pada gerak adu pantat dua pantat perempuan nendangnya keras-keras sampai terguling-guling).

PEREMPUAN 2 & 3 : (Menyerbu Jaka)

DALANG : (Tertatih-tatih berdiri, marah) Cokek berhenti!! BERHENTI!!!

MUSIK. Berhenti mendadak.

TUJUH PEREMPUAN Terbirit-birit lari kesana-sini. Perempuan 1 membawa celana panjang Jaka Tarub.

JAKA TARUB : (Mengejar) Celanaku! Celanaku! Hei!!

DALANG : (Berjingkat, ingat Nawang wulan)
Wulan, Wulan, Wulan....
(Mengejar mereka)

JAKA TARUB : Celanaku, celanaku, celanaku... hei kembalikan!

DALANG : Wulan, Wulan, Wulan....
(Menangkap PEREMPUAN 1) Kau Nawang Wulan?

PEREMPUAN 1 : (Menggeleng)

DALANG : Mana yang Wulan?

PEREMPUAN 1 : (Menggeleng)

DALANG : (Mengejar yang lain) Wulan, Wulan, Wulan...
.
JAKA TARUB : Celanku, celanaku, celanaku! Hei!!

PEREMPUAN 1,2,3,4, dengan celana EXIT ke kanan.

PEREMPUAN 5,6,7 EXIT ke kiri.

DALANG : Wulan, Wulan, Wulan... (EXIT ke kanan)

JAKA TARUB : (Mengejar ke kanan, mukanya di sambut lemparan celana dari luar. EXIT)

DALANG : (Masuk kembali)

PERMPUAN 5,6,7 masuk kembali dari kiri,, ditangkap satu persatu oleh Dalang.

DALANG : Kau Wulan? Kau Wulan? Kau Wulan?

PEREMPUAN 5 : (Menggeleng, EXIT ke kanan)

PEREMPUAN 6 : (Menggeleng, EXIT)

PEREMPUAN 7 : (Menggeleng, EXIT)

DALANG : (Lemas kembali ke tempatnya)

MUSIK. Alu dan lesung. Tema.

NAWANG WULAN : (Masuk dari kiri. Pakaian over all. Bagian atas back-less. Mencangklong tas pelancong, siap melancong)

JAKA TARUB : (Masuk dari kanan. Membenahi kancing celana. Membalikkan badan. Membereskan)

NAWANG WULAN : Kenapa celanamu? Nggak beres?

JAKA TARUB : Anak-anak keterlaluan bergurau. Sampai celana segala dicopot.

NAWANG WULAN : (Ketawa) Penyakit turunan kambuh ya bung?

JAKA TARUB : (Balik bertanya) Kamu dari mana?

NAWANG WULAN : (Ketawa) Sama seperti kau.

JAKA TARUB : Oom siapa beri baju sundel bolong itu?

NAWANG WULAN : Butik Monel-mu sedang bertanding lawan Butik Aye Aye-ku.

JAKA TARUB : Kau lego berapa?

NAWANG WULAN : Persis nilai 20-20mu.

JAKA TARUB : Bisnis. Kita harus mulai dari situ.

NAWANG WULAN : Asal mata-ijo kau tidak sering kambuh. Hei lama-lama kau senewen. Dan membutuhkan seorang Brouwer, psychiater. Kau jenis voyeurist.

JAKA TARUB : Jenis apa?

NAWANG WULAN : Tukang intip. Tetapi dari penyakitmu itu bisa kau ciptakan bisnis jenis peep-show dalam film, nite-club, iklan, bilik hotel, bahkan teater.

JAKA TARUB : Hai berapa jam hari ini sudah banyak buku-buku kau telan.

NAWANG WULAN : Jangan mengira kerja kami di butik sekedar buka baju tukar celana, pamer paha buka dada, atau obral gossip. (ketawa). Itu kan model-model kepalanya bencong. Merusak profesi. Tidak mengerti bisnis ginian juga seni kreatif. Kita harus banyak dan cepat kerja dan belajar apa saja. Kita berada dalam masyarakat yang serba berlomba. Dan kau tadi kena gilas.... (ketawa).

JAKA TARUB : Aku belajar tari pergaulan.

NAWANG WULAN : Sambil celana kau copot....(ketawa).

JAKA TARUB : Jadi kau dapat kerja model?

NAWANG WULAN : (Ketawa). Jangan sela dulu. Aku ingin ketawa puas-puas.

JAKA TARUB : (Bengong). Kerna aku kena gilas?

NAWANG WULAN : (Ketawa). Mata laki-laki tidak di kepala. Di ekornya....

JAKA TARUB : (Senyum kecut). Di kebun kangkung?

NAWANG WULAN : Senewen! Matanya tidak lihat siapa betina-betina tadi?

JAKA TARUB : Tujuh bidadari.

NAWANG WULAN : Mata menceng. Siapa suruh kau main akrobat?

JAKA TARUB : Akrobat? (angkat dua tangan, kaki. Taiso). Enggak. Saya berperan sebagai saya. Tu dalangnya.

DALANG : (Angkat kepala).

NAWANG WULAN : O... dia terlalu percaya pada tema, tidak pada kreasi. Betina-betina tadi lebih kreatif, berhasil meng-ijokan mata kalian. Dan kau, Jak, Cuma pasrah pada aksara-aksara. Menjilati segi enak dari penyakit---, takdir, kau bilang. Tidak berusaha jadi kebal.

JAKA TARUB : Aku anak-wayang. Dalang bilang nggak boleh ngaco.

NAWANG WULAN : Bukan wayang-lempung, ya kan?

JAKA TARUB : Wayang-manusia, tentu saja.

NAWANG WULAN : Bisa kau tuntut Dalang. Kau diplonco. Atau wakilkan aku, kuseret dia ke polisi.

JAKA TARUB : Jangan. Dia juga yang membangkitkan kita.

NAWANG WULAN : Kau bulat-bulat ditipu.

JAKA TARUB : Aku sendiri yang minta bidadari.

NAWANG WULAN : Pantesan.

JAKA TARUB : Agar cepat ketemu kau, Wulan.

NAWANG WULAN : Dan ternyata kau ditelan Babon-babon tak bisa omong.

JAKA TARUB : O, legenda Putri Bisu.

NAWANG WULAN : Tolol! Mereka pelarian AsmaraBisu-Tuli.

JAKA TARUB : Hoh! Hoh!

DALANG : Eeeee...dan.

MUSIK. Jenaka.

KOOR : (Nyanyi).
e-la e-lo
belalang mata ijo
pak Dalang lupa bojo
e-la e-lo
si mata mata akik
si Jaka hidung plastik
hore....
e-la e-lo
si akik baju lonjong
si Wulan kadung omong
e-la e-lo
lonjong-jolong-putih-perak
Dalang, Jaka masuk kotak!!

DALANG DAN JAKA : (Angkat tangan). Enggak, enggak, enggak.....

NAWANG WULAN : Mulut kalian macam bebek digigit cacing.

DALANG : (Memberanikan diri. Kepada Jaka Tarub). Jaka, pacar barumu?

JAKA TARUB : Anak manismu yang kau panggil.

NAWANG WULAN : Aku tidak perlu manisan.

DALANG : Wulan?

JAKA TARUB : Danyang metropolitan.

DALANG : Yang bener, Jaka.

JAKA TARUB : Aku danyang jalanan, dia apa?

NAWANG WULAN : Awas, aku bukan Hawa-atau Eva-dongeng yang nongol dari tulang rusuk Adam. Laki-laki paling pinter cari bantalan demi ekornya. Huh!

DALANG : Wulan? Tanpa kelembutan?

JAKA TARUB : Laki-laki tanpa kelembutan. Nol-nol.

NAWANG WULAN : Jangan berilusi “man’s world”, pak Dalang. Dunia lanangan.(ketawa). Kami kebagian apa? Lihat kuenya kebagian lalat. Nggak mauk!

DALANG : Kau acuhkan hukum-kodrat.

NAWANG WULAN : Pembenaran lagi. Ah.

DALANG : Kau bukan Wulan.

NAWANG WULAN : Barangkali. Yang pasti saya perempuan. P- kapital.

JAKA TARUB : Atau “P”- antara tanda kutip. (tangan menulis di udara).

NAWANG WULAN : (Menangkap tangan Jaka). Kugocoh mulut kau, Jak.

NAWANG WULAN : Lihat, kakek Dalang. Apa saya mundur?

JAKA TARUB & NAWANG WULAN main silat dan judo dengan seru. Diakhiri ketawa dan salam tangan, pipi, bibir, pelukan dan melantai mulai irama manis sampai jingkrak-jingkrak rock.

MUSIK. Dari perang sampai dansa.

DALANG : (Melotot.Mencari-cari fasal di kitab).

KOOR : (Bangkit, digoncang-goncang rock).

MUSIK. Sehabis rock kembali manis.

KOOR : (Kembali ke kelompok suara).

JAKA & WULAN : (Terbuai dalam alunan musik. Di tengah pembacaan puisi mapan tidur di pelaminan).

PEMBACA PUISI : Syair ke Kubur
Naik kereta roda kaki
-Alvin Toffler &Co. Salut dari kemah
Si penumpang tidur molor
Bangun menjelang lohor
Ketika geluduk bukan halilintar
Di ranjang bawah tanah

KOOR : RAM RAM TAM TAM
TAM TAM RAM RAM

PEMBACA PUISI : Kanak-kanak pawai
Terompet-terompet kertas
Genderang kantong semen
Baju jahit tangan
Keliling kota:
“ayam mati ibu urusan polisi
Jangan cengeng kawan ayo nyanyi”

KOOR : RAM RAM TAM TAM
TAM TAM RAM RAM

PEMBACA PUISI : Gubernur, Walikota, Dewan, Tuan dan Nyonya duduk di kaki lima menemani main kelereng
Kuli “Koran Semesta” menggulungnya di kaset dan dilempar ke Benua- di meja Art Buchwald jadi odol-

KOOR : RAM RAM TAM TAM

PEMBACA PUISI : -Eurovision siaran “Danau Pacifik”-

KOOR : TAM TAM RAM RAM

PEMBACA PUISI : -pada proyek Astro/ Aqua Lab-
Burung-burung kecil enggan nyanyi
Karena malu cirit secuil
Gagak jelaga jadi putih bergumul awan
Bisu 24 jam
Alap-alap runduk danbuta
Matanya dipinjam agen kantor sosial
-Carlos Castaneda kembali ke pesantern Don Juan
Peter Brook menyusun revisi Teater Burung-

KOOR : RAM RAM TAM TAM
TAM TAM RAM RAM

PEMBACAPUISI : “Jangan kirim bunga
Taburi mercon
Ayo nyanyi kawan
Jangan lapar bunuh diri!”
Orang-orang pasar dengan dasi dan telanjang sport massal
Musik rock album terakhir
Menjebol kuping congek
Kanak kanak rentakkan ritma Kecak
“Doa untuk kau, ayah
Jangan rayu Mesin, Ibu”.

KOOR : TAM TAM TAM TAM
TAM TRRRRRRRRAM

PEMBACA PUISI : Bendera separo tiang mereka kerek naik
dan nyanyi Lagu Bahasa Baru
“Separo bikin airmata palsu”,
ujar Seragam beruang ke Radio Non, sambil melap ingus

SUARA. Ayam berkokok pagi.

MUSIK. Pagi, pop.

KOOR : (Nyanyi “Selamat Pagi Matahari”)

NAWANG WULAN : (Bangun) Kang, bangun, kang.

JAKA TARUB : Hooaaahm... (menguap; bangun, duduk, menoleh kiri-kanan, menarik selimut, tidur kembali)

NAWANG WULAN : Kang, ke sawah.

JAKA TARUB : Siberia ada sawah?

NAWANG WULAN : Mana?

JAKA TARUB : Siberia. Kita di kereta api trans Siberia.
O Dewi Tehnoloji, padi tumbuh di salju

NAWANG WULAN : Jaka, kita masih di Trenggalek.

JAKA TARUB : Jemur gaplek.

NAWANG WULAN : Ya.

JAKA TARUB : Tanak nasi.

NAWANG WULAN : Ya. Hei. Kau ini petani atau tukang instruksi? (EXIT)

JAKA TARUB : Saya ini di Siberia atau di Trenggalek?

KOOR : Siber......

DALANG : (Memeotong) Trenggalek!

JAKA TARUB : O Tani. Mana paculku? (mencari)

DALANG : Di pojok kamar.

JAKA TARUB : (Ambil pacul, memanggul. Akan EXIT...)

NAWANG WULAN : (Masuk, menyembunyikan sesuatu di tangannya yang ke belakang)

JAKA TARUB : Saya ke sawah.dan kamu... (EXIT)

NAWANG WULAN : Dag- dag kakang. (Lalu memasukkan sesuatu ke kukusan dan sibuk memasak)

DALANG : (Membaca babad)
Wulan bidadari
jadi maafkan ia asing kebudayaan sekolah,
pasar, salon, arisan, gincu, sikat gigi,
bahkan beras.
Ia hanya menanak bukan butir-butir tetapi sebulir padi
Dengan kasih gusti satu kukusan penuh nasi.
Jaka Trub heran takhabis heran
padi selumbung tak pernah susut
“Apa gerangan dikukus istriku?”

NAWANG WULAN : (EXIT)

JAKA TARUB : (Nyelinap masuk oleh isyarat Dalang. Mengendap-endap dekati perapian, akan membuka tutup kukusan)

NAWANG WULAN : (Memergoki) Sudah kau buka, Jak?

JAKA TARUB : Belum.

NAWANG WULAN : Bukalah.

DALANG : (Kepada Jaka Jangan dulu, Jaka.

(Kepada Wulan) Kau harus bilang: Jangan.

NAWANG WULAN : Toh akhirnya dia tahu...

DALANG : Tapiagar lebih dramatisnya larang dulu.

NAWANG WULAN : Okey deh. (Kepada Jaka) Jangan buka kakang.

DALANG : (Mengacungkan jempol)

JAKA TARUB : Aku ingin tahu isi kukusan.

NAWANG WULAN : Kau kira aku simpan Jigolo di situ?

DALANG : Apa?

NAWANG WULAN : Jigolo.

DALANG : (Bertanya kepada seorang musisi) Apa itu Jigolo?

MUSISI : (Menggeleng)

DALANG : (Membuka halaman-halaman kitab; tidak ketemu)

JAKA TARUB : Aku harus tahu. Sudah lama perutku protes kenapa nasi yang kau tanak bau dedak.

NAWANG WULAN : O berasnya impor sisa makanan kuda.

JAKA TARUB : Apa kita rakyat kelas di bawah jaran?

NAWANG WULAN : Sana tanya jagoan Tanjung Priok.

JAKA TARUB : Itu artinya omong dengan siluman
.
DALANG : Priok kerajaan siluman?

JAKA TARUB : (Mengangguk)

DALANG : Masya Allah.... (Semadi)
Siluman segala siluman yang ngendon
di terowongan Priok
dan terowongan segala tanjung
silakan angkat kaki atau digulung
kembalilah jadi manusia
kerja baik-baik sebagai pegawai negeri
gajimu sudah mending ketimbang Dalang Kentrung.

JAKA TARUB : Hanya nasi bungkus!! (Lari membuka tutup kukusan)

NAWANG WULAN : (Mengejar)

JAKA TARUB : (Ketawa mengambil isi kukusan)

NAWANG WULAN : (Ketawa merebut, tidak berhasil)

JAKA TARUB : Lambang cinta.... (acungkan tangkai)

NAWANG WULAN : (Menyambut acungan Jaka)

DUET : (Ketawa) KANGKUNG!!

DALANG : (Terbelalak)

JAKA & WULAN berpelukan. Jalan ke EXIT.

MUSIK. Jenaka .

KOOR : (Nyanyi humor)
Kangkung kang, semanggi dik
Cium kang, malam nanti dik
Kangkung kang, semanggi dik
Kangkung kang, semanggi dik
(dst.)

ISTIRAHAT


BABAK DUA

MUSIK. Gitar akustik.

KOOR : Kereta api Trans Asia
menyusur hutan tropis,
ladang, kampung, rawa-rawa
seekor macan ketawa:
Hello, tidak galak
aku Esso pengeduk minyak
Dig yau, man, ha-ha.

DALANG : Jangan sebut macan. (Berpikir) Si-mbah.
Tidak pernah ngantuk atau tidur
siang di kebun pisang tunggu petang
malam baru turun ke halaman
jaga sayap Nawang Wulan
disimpan Jaka dalam lumbung

MACAN : (Turun dari semak-semak, masuk ke halaman. Mengaum) Saya bukan singa M.G.M. dari Hollywood, atau Exxon bekas Esso pengeruk minyak, atau si kubang.
Ludhoyo Tulungagung...

KOOR : Atau balsem Singgapur?

MACAN : Bukan. Juga tidak simbah. Opo kuwi? Aku masih teenager kok, belum kakek-kakek. (Membuka topeng macan) Jangan ngawur, mas Dalang.

DALANG : Lantas?

MACAN : Pemain drumband! (Memasang topeng, demonstrasi baris berbaris, sebagai pemukul bedug)

MUSIK. Mars.

KOOR : (Nyanyi)
Dari barat sampai ke timur
bikin proyek miniatur

MACAN : Mumpung-mumpung....
Dor-dor....

KOOR : Dari S’latan sampai utara
tanam padi tumbuh hutang
MACAN : Jaman Jepang 70
Dor-dor....

KOOR : Jepang hitam.

DALANG : Stop! Stop!

MUSIK. Berhenti.

DALANG : Menurut fasal keamanan dan ketertiban demonstrasi dilarang. Mengerti?

MACAN : Saya tidak demonstrasi. Saya macan. Demonstrasi kerja kambing.

DALANG : Barusan barisan apa?

MACAN : Saya lagi menghibur diri kok.

DALANG : Cari hiburan sehat lain.

MACAN : Misalnya?

DALANG : Jaga gardu monyet, eh, eh, bukan. Tugas kau jaga lumbung. Di dalam sana ada barang mahal.

MACAN : Antique?

DALANG : Itu omong Perancis?

MACAN : Kok tahu?

DALANG : Perancis siapa tukang tadahmu?

MACAN : Mereka nggakdoyan antik. Uranium ya. Buat Nuklir.

DALANG : Ha, nuklir juga antik. Moyangku pernah bikin. Bangsanya ukir-ukir to?

MACAN : Eladalah, nuklis diukir.... (menganga, mengaum, ketawa)

DALANG : Ayo jaga lumbung, nak bagus.

MACAN : (Hormat serdadu) Siap!
(Memasang tiang setinggi badan berbingkai lingkaran di puncaknya. Kepala macan masuk bingkai jadi patung perunggu)

BUNYI. Kentongan dipukul 8 kali. Jam 20.00.

NAWANG WULAN : (Masuk mengendap-endap sikap maling)

MACAN : (Mengaum keras)

NAWANG WULAN : (Mendekat) Jangan keras-keras. Jaka nanti bangun.

MACAN : (mengaum seru tanpa suara kayak singa M.G.M. jaman fil bisu)

NAWANG WULAN : Barangnya dimana?

MACAN : Dalam lumbung. Dibawah sekali.

NAWANG WULAN : Gampang. Dibobol dari kolong. Jenisnya barang apa?

MACAN : Dalang nggak bilang. Pokoknya mahal.

NAWANG WULAN : Tukang tadahmu orang Konsulat?

MACAN : Kapok. Bisa-bisa dituduh subversif. Ini orang Jakarta. Produser film.

NAWANG WULAN : (Matanya girang) Bener?

MACAN : Ini, filmnya sedang lokasi disini.

NAWANG WULAN : Kenapa tidakkau kabari dulu-dulu?

MACAN : Aku sendiri baru kemarin teken jadi figuran.

NAWANG WULAN : Peran apa kau?

MACAN : Sekali macan ya macan.

NAWANG WULAN : Ayo kenalkan aku ke dia.

MACAN : Barangnya bagaimana?

NAWANG WULAN : Tinggalkan saja. Paling Cuma popok bayi. Ayo ke sana.

MACAN : Ke hotel langsung. Tempat dia nginap.

NAWANG WULAN : Jangan bohong lho.

MACAN : Aku bukan calo begituan. Wulan. Apes.

NAWANG WULAN : Okey aku percaya.

BERGANDENGAN EXIT.

DALANG : Hei apa-apaan kalian?

MACAN & WULAN : (Menyahut) Main film.

DALANG : Biangane. Ini gara-gara sabun Luks. Anak-anakku ketularan jerawat bintang film. Biangane....

DI KAMAR HOTEL.

PRODUSER : (Tekun ke novel ukuran saku)

MACAN & WULAN : (Masuk. Berdiri di sisi pintu, tidak berani buka permisi. Saling sikut dan menunggu kesempatan)

PRODUSER : (Tiba-tiba) Boy, ketemu nih!

MACAN& WULAN : (Berebut) saya, oom, Saya oom
.
PRODUSER : (Kaget) Macan!!

MACAN : (Membuka Topeng) saya, oom.

PRODUSER : Siapa kau?

MACAN : Stand-in, oom. Dalam adegan berburu.

PRODUSER : Malam ini shooting?

MACAN : Saya istirahat. Dan di sewa orang kampung jaga lumbung. Banyak babi nggasak padi.

PRODUSER : Oh, oh macan dwi fungsi, begitu? (Ketawa)

MACAN : Oom, masih ada lowongan?

PRODUSER : Buat siapa? (Kepada Wulan) Kau, gadis?

MACAN : Iya, oom. Wulan, dari kelab remaja.

PRODUSER : W-u-l-a-n nama yang puitis....

Pernah main film?

WULAN : Belum.

PRODUSER : Atau pentas barangkali?

WULAN : berkali-kali. Selalu peran yang serupa. Bosan. Sutradara tidak kreatif. Senang memamah biak.

PRODUSER : Kritik yang bagus. Saya butuh tokoh dengan mulut ketus. Boy pasti okey.
WULAN : Pakai test, oom?

PRODUSER : Ah beres, ayo kitake bar, minum.

WULAN : Siapa pegang sutradara?

PRODUSER : Boy Kamal.

WULAN : O Si Boy.

PRODUSER : Kenal?.

WULAN : Di majalah.

PRODUSER : Apa saja kau baca?

WULAN : Film, fashion, sport, detektif, humor, science.

PRODUSER : Gadis ideal. Novel suka?

WULAN : Yang kontemporer.

PRODUSER : Wow. Filmku menyusul tentang muda-mudi yang... “chick”.

WULAN : Kaum jet-set, maksudmu?

PRODUSER : Wow-wow. Tidak salah sasaran mataku. Good girl. (Menepuk-nepuk pipi Wulan, akan mengecup di tolak halus) Good girl.

MACAN : (Terpojok, matanya jengkol)

PRODUSER : (Melirik ke pojok) Hai apa kerja kau di situ?

MACAN : Tidak, tidak, maaf oom... (Membalikkan badan) Saya kan calo.

PRODUSER : (Melemparkan duit) Hai!!

MACAN : (Cepat membalik, sigap menangkap. Mengaum. EXIT)

PRODUSER&WULAN : (Terpingkal-pingkal)

WULAN : Yok lihat shooting, oom.

PRODUSER : Bahasa mana itu OOM?

WULAN : Tman kanak-kanak.

PRODUSER : Awas! Ku --- kau!

WULAN : (Lari)

PRODUSER : (Mengejar)

WULAN : (Berputar, EXIT)

PRODUSER : (Menggait mantel, EXIT)

MUSIK. Jenaka.

KOOR : (Nyanyi)
Noni Wulan bintang film
ayo ‘co ‘do ndeleng
beli karcis harga catut
dapat satu semua katut
(Berdiri)
Bang bang tut
bang bang tut
bang bang tut
(Dst.,dst.)

SOLO : Jangan kentut

KOOR : Bang bang tut
Bang bang tut
(dst.,dst.)

SOLO : Hidung kecut

KOOR : Bang bang tut
Bang bang tut
(dst.,dst.)

SOLO : Pejet bacot. Bahaya udara. (Tutup hidung)

KOOR : (Tutup hidung)
Bang bang tut
Bang bang tut
(dst.,dst.)

SOLO : (Buka hidung) Aman! Aman!

KOOR : (Buka hidung)
Bang bang tut
Bang bang tut
(dst.,dst.)

SOLO : (Mencari nomor kursi di bioskop)
Nomor urut! (Duduk)

KOOR : (Duduk berderet di latar belakang)
Bang bang tut
bang bang tut
bang bang tut
bang bang tuuuuuuuuut.....

DI KAMAR JAKA TARUB.

MUSIK. Alu dan lesung. Tema.

DALANG : Menemukan sayap di timbunan padi
Wulan kembali bidadari
melayang – layang di atas lumbung, atap kandang, atap pendopo
Bulan purnama ke 24
Jaka Tarub menggendong bayi
lari ke halaman
“Wulan, bayimu, waktu menyusu”
Wulan hinggap di lumbung
“Kakang, bawa ke kandang sapi
dan jika nangis lihatlah ke bulan
ibunya di sana”.
Wulan terbang membubung ke Purnama
Jaka menimang anak duduk di lesung

MUSIK. Gitar akustik. Pagi.

JAKA TARUB : (Terbangun dari mimpi buruk dan menjumpai surat Wulan di ranjang. Membaca)

KOOR : Pada pagi ke 730
di sisi Jaka bantal guling
dan nota pendek rapi
bunyi begini:

SUARA WULAN : Jak, aku ke Jakarta main fil, dll. Jika rindu pergilah ke bioskop atau lihat program T.V. Aku barangkali di situ Bye. –Wulan-

JAKA TARUB : O Wulan. Sudah terbang
.
DALANG : Kenapa tidak kau segel sayap di lemari besi?

JAKA TARUB : Tidak ke bulan. Dilarikan produser?

DALANG : (Mencari-cari di kitab) Bangsanya Rahwana? Itu kitab Ramayana. Tidak di sini.

JAKA TARUB : Bakar saja kitabmu. Tak bisa menolong sama sekali.

DALANG : (Ke Kitab).... lihatlah ke bulan/ ibunya di sana.

JAKA TARUB : Bulan sudah bopeng, kakek, diinjak-injak orang. Di sana Cuma bangkai roket.

DALANG : Wulan terbang ke Purnama
Jaka men-

KOOR : (Memotong) DUDA!!
(berdiri kembali ke kelompok suara). Duda-duda-duda-duda-duda-duda-duda-duda-duda- (dst. Beruntun).

JAKA TARUB : (Melawan suara batinnya). Tidak,tidak, TIDAK!!
O, Wulan.

KOOR : Laki-laki tidak cengeng.

JAKA TARUB : (Dengan suara cengeng). Betul.

KOOR : Masih cinta, kejarlah. Jika tidak, minggatlah. Jangan toleh ke belakang.

DALANG : Jaka menimang anak duduk di lesung.

JAKA TARUB : O Wulan. Tidak kusangka. Baiklah. (Berkemas).

DALANG : Kemana Jaka?

JAKA TARUB : Minggat.

KOOR : Dengan kata : patah sayap.

DALANG : Barangkali.

KOOR : Khawatir kau bunuh diri.

JAKA TARUB : Tak sudi mati.

DALANG : Tidak bisa.

KOOR : Bisa.

DALANG : (Mengojek). Gelanggang ditinggal lari.

JAKA TARUB : Kususul Wulan, kucuri!

KOOR : Itu baru laki-laki.

DALANG : Dongeng kembali tak mati-mati.

JAKA TARUB : Persetan!

KOOR : Perrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

JAKA TARUB : (EXIT).

KOOR : Perrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

NAWANG WULAN : (Masuk dari arah lain). Jak, Jak, Jak,

DALANG : Dongeng kembali tak mati-mati.....

NAWANG WULAN : JAKA!!

DALANG : Anakku.

NAWANG WULAN : Jangan sebut.

KOOR : Anakmu?

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Buah hati.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Kekasih.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Pacar.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Penghibur.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Isteri.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Calon.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Gundik.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Skretaris.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Babu.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Madu.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Manisan.

NAWANG WULAN : Bukan.

KOOR : Alas kaki

NAWANG WULAN : Bukan.!

KOOR : Boneka !!

NAWANG WULAN : Bukan.! Bukan ! Bukan !

DIAM.

KOOR : Pengagum.

NAWANG WULAN : (Diam)

KOOR : Partner.

NAWANG WULAN : Setaraf di meja kerja.

DIAM.

DALANG : Wulan.

NAWANG WULAN : Jangan sentuh aku. Kalian pencipta gelembung-gelembung sabun. Kau ulur melambung, kau tarik kempes. Tanpa bobot. Sayap kau tukar kapas. Dan terompet-terompet kalian di koran koor merdu, jika tidak menjemukan, atau bahkan berbalik merobek kuping. (diam) bukannya aku tak tahan, tapi sangkar itu makin sempit makin sempit makin.... o dunia gelembung....

KOOR : Alice in the wonderland
Belum disentuh Joan Miro.

DALANG : Wulan,

KOOR : Nama yang puitis.

NAWANG WULAN : Jangan sebut.

DALANG : Wulan?

KOOR : Barangkali bukan.

NAWANG WULAN : Lalu dimana saya?

KOOR : Dibawa minggat subuh tadi.

NAWANG WULAN : Jaka !?

DALANG : Kau dikejar ke Jakarta.

KOOR : Kalau sempat dan masih – (Mengecup telapak tangan): ya.

DIAM.

DALANG : Wulan terbang membumbung ke purnama.
Jaka menimang anak duduk di lesung.

KOOR : Anjing juga menyalak ke bulan kuning
karena tak pandai naik tangga.

NAWANG WULAN : Oh.

DALANG : Baik jangan hidupkan. Lebih damai ia di tempatnya asal. Dari dongeng kembali ke dongeng.

KOOR : Dari fiksi menjadi roh dan daging.

DALANG : Dongeng kembali dongeng.

KOOR : Ruh dan daging bukan dongeng sebelum mati.

DALANG : Dongeng kembali dongeng
tidurlah di ranjang museum.

KOOR : Ruh dan daging tidurlah dengan mimpi atau gelisah
Esok pagi Matahari terbit
dan kau bangun di kaki langit

DALANG : Ranjang hangat seperti beledu
tempat tutup mata para Ratu
bola kristal dan kandilabra
bunga-bunga wangi dan cendana
pita warna-warni-warna-warni
kartu-kartu ucapan slamat dari jauh dan dekat.
betapa makna hidup dibelakangmu.

KOOR : Di kaki langit: kereta api kilat siap berangkat.

DIAM. Tanpa musik tanpa berisik.

NAWANG WULAN : (Bergerak sadar/mimpi, mapan tidur/mati)

DALANG : (Menutup kitab, meletakkan dibawah kepala Wulan sebagai bantal).

KOOR : (Memasang lonceng alarm. Salah seorang mencuri Kitab setebal bantal itu tanpa setahu dalang, dan diganti tas pelancong Wulan sendiri)

DALANG : (Tepuk tangan, kerja selesai)
Seperti kutonton di ketoprak
Non Juliet menunggu Sinyo Romeo di kubur.
Dan kubaca sanjak Chairil Anwar yang sangat bimbang
.... tak tahu apakah Romeo dan Juliet berpeluk di ranjang atau di kubur.

KOOR : Romeo dan Juliet berpeluk di peron
Ciuman di trotoar
Setubuh di mobil

DALANG : Kubur di?

KOOR : Ruang praktikum fakultas kedokteran.
Apalagi tanah kubur mahal.

DALANG : Anak jadah!

KOOR : Kau bapaknya.!

DALANG : (Menganga) Ha?

KOOR : Ha-ha-ha (Menganga)

JAKA TARUB : (Masuk, akan melemparkan ransel ke ranjang, tidak jadi lepas. Mulut menganga)

NAWANG WULAN : (Terpekik, tanpa suara; bangun. Mulut ternganga)

TABLO
Kemudian semua mulut pelan-pelan menurunkan rahang.

NAWANG WULAN : Saya dimana?

JAKA TARUB : Di kamar sewa kita yang lama.

NAWANG WULAN : Kapan pindah?

JAKA TARUB : Sekarang. Sudah kubeli karcis bis ekspres.

NAWANG WULAN : Ke mana?

JAKA TARUB : Timur.

NAWANG WULAN : Berap karcis?

JAKA TARUB : Dua.

NAWANG WULAN : Untuk aku?

JAKA TARUB : Ya, tadinya persediaan kalau-kalau...

NAWANG WULAN : Sudah ada penggantiku?

JAKA TARUB : Kau tahu aku selalu bersiap sebelum kejadian. Meskipun kadang-kadang meleset. Sedikitnya terobat kekecewaan.

NAWANG WULAN : Aku terlalu ambisius ya, Jak?

JAKA TARUB : setiap harus besar ambisi.

NAWANG WULAN : Jangan sindir aku, Jak.

JAKA TARUB : Tidak, Wulan. Jaka Tarub dengan ambisi mencuri sayap bidadari.

NAWANG WULAN : (Menutup telinga) Dongeng lagi. Jangan cerita, Jak.

JAKA TARUB : Jaka Tarub ---

NAWANG WULAN : (Memotong. Bergerak sadar/mimpi) Aku bimbang apa tidur apa mati. Di bom kata-kata dan sinar hipnotis..
.
JAKA TARUB : (Melihat ke jendela) Tangkis atau cernakan dan berakkan.

NAWANG WULAN : ... Mereka menghitung dan menggambarku. Iklim, waktu, gas, ruang, temperatur, peta, protein, semua sudah diatur. Aku kehilangan aku dan kau... Peluk aku, Jak.

JAKA TARUB : (Ke jendela) Tidak sekarang. Bis sebentar datang.

NAWANG WULAN : (Mapan tidur/mimpi) Pelukaku Jak...

JAKA TARUB : Wulan! Bis datang! (Lari menggaet ransel, EXIT)

DALANG : (Cepat merebut Kitab dari tangan pencuri di koor. Membuka halaman. Komat kamit di dekat ranjang)

NAWANG WULAN : (Kesurupan) Jaka...
(Suara Dalang pada mulut Nawang Wulan)
Ranjang hangat seperai beledu
tempat tutup mata para Ratu
bola kristal dan kandilabra
bunga-bunga wangi dan cendana
kartu-kartu ucapan selamat dari jauh dan dekat

JAKA TARUB : Wulan, ayo!
(Lari masuk, tertegun; memeluk Wulan, menggendong, dan menggaet tasnya)
Wulanku...

NAWANG WULAN : Betapa makna hidup --- (EXIT bersama Jaka)

MUSIK. Pop.

KOOR : (Nyanyi “selamat Pergi”. Berdiri jejer wayang)

DALANG : (Tekun ke kitab, komat-kamit, dahi berkeringat)

-- LAYAR --

*****SELESAI*****

*Jaka Tarub, Naskah ini adalah pemenang ketiga dalam sayembara naskah lakon Dewan Kesenian Jakarta yang ke III/1974.

1 komentar: