Jumat, 06 Agustus 2010

BARABAH -Motinggo Busye



Ulasan
Naskah ini ada banyak kejutan dan tidak mudah ditebak oleh penonton. Salah satunya saat Zaitun mendatangi rumahnya Banio dengan tujuan hendak membicarakan masalah pernikahannya dengan Adibul, seorang kusir sado. Kita dapat menangkap zaitun akan menikah dengan Banio, sebab dari dialog sebelumnya Banio akan berencana mau menikah lagi. Tetapi tidak, Zaitun datang hanya ingin meminta restu dari seorang ayah.

Ada dialog yang menarik ketika Adibul datang mencari Banio kerumahnya, sementara Banio keluar menyusul Zaitun kestasion kereta.

“Barabah
bung, kita ini orang timur. Saya bisa menghormati tamu-tamu saya. Tapi suamisaya memesankan, janganlah menerima tamu lelaki ketika suami tidak ada dirumah. Saudara sepupu saya yang lelaki saja terpaksa saya suruh berkeliling dulu sebelum suami saya datang.”

Secara tidak sadar itu salah satu pesan yang akan disampaikan dalam naskah pertunjukan ini, yaitu menjadi istri yang taat pada suami, senang dipandang, seperti yang dilakukan oleh Barabah.


Naskah Lakon Satu Babak
BARABAH
Karya Motinggo Busye


DRAMATIC PERSONAE

BARABAH Istri Banio; seorang wanita berumur 28 tahun, cantik, menarik dan mencintai suaminya.

BANIO Suami Barabah; lelaki tua betubuh bongkok tapi kekar. Berumur sekitar 70an, suaranya lantang dan sukar untuk tertawa

ADIBUL Lelaki besar tinggi, berusia 30 tahun, bekerja sebagai kusir sado.

ZAITUN Wanita montok, berusia 25 tahun, sikapnya ramah dan hangat. Ia adalah anak Banio dari istri ke enam yang telah lama diceraikannya.


ADEGAN I

CERITA INI TERJADI DI RUANG TENGAH RUMAH BANIO. NAMPAK SEBUAH MEJA KUNO DAN SEBUAH KURSI TUA YANG TERLETAK DI SAMPINGNYA, DI SUDUT RUANG MELINTANG SEBUAH PETI PANJANG DIMANA BIASANYA BARABAH DUDUK MENENUN, DI SISI TERDAPAT KURSI KURUS. BANIO MASUK DENGAN TANGAN LUKA PENUH TANAH.

BANIO
BARABAH! (MELIHAT SEKELILING) O…BARABAH!

(DUDUK DI KURSI DENGAN MENGURUT TANGANNYA SENDIRI YANG LUKA)

BARABAH
Tangan bapak luka!?

BANIO
Biar!

BARABAH
Ohh

BANIO
Iya. Tangan bapak luka

BANIO MINUM KOPI DAN BARABAH DUDUK DI PETI

Tapi kopinya enak

BARABAH
Benar? Tapi serbuk kopinya yang kemarin juga

BANIO
TIDAK PEDULI ITU SERBUK KOPI KEMARIN ATAU LIMA PULUH TAHUN LALU, AKU CUMA MENGATAKAN KOPI YANG KAU BIKIN HARI INI ENAK. SUDAH, JANGAN TANYA LAGI!

BARABAH
Jangan Tanya lagi….

Banio memalingkan mukanya. Kemudian melirik ke arah Barabah yang merenda, Banio menarik napas panjang.

BANIO (LEMBUT)
Barabah… .

BARABAH
Iya pak?

BANIO
Tolong pijit-pijit kepalaku

Barabah berdiri di depan Banio

BARABAH
Apa mau dikerok lagi punggung itu?

BANIO
Ah, malu aku!

BARABAH
Kenapa?

BANIO
Punggungku sudah bongkok. Nanti engkau tahu punggungku bongkok

BARABAH
Ah, tidak.

BANIO (BERDIRI)
Siapa bilang tidak!? Lihat nih, lihat!

(BANIO DUDUK. BARABAH MASIH BERDIRI. BANIO MEMIJIT-MIJIT KENINGNYA SENDIRI DAN MELIHAT BARABAH MASIH BERDIRI DARI SELA-SELA JEMARINYA)

Kau masih berdiri di situ, Barabah?

BARABAH
Ibah kan mau mijit kening bapak

BANIO (LEMBUT)
Barabah… .

BARABAH
Ya, pak?

BANIO
Aku sudah tua ya?

BARABAH
Belum pak

BANIO
Bohong! Aku m-m-m-merasa sudah tua. Aku ini sudah tua, ya kan Barabah?

BARABAH
Belum pak.

BANIO (TEGAK DENGAN KEKARNYA)
Bohong! Coba terus terang katakan kalau aku sudah tua

(diam sesaat setelah melihat Barabah)

Semua bini memanggil lakinya dengan sebutan yang layak

(diam sejenak)

Mereka tidak memanggil ‘bapak’ kepada lakinya atau ‘pak’. Suatu kali aku dating ke rumah orang Palembang, bininya memanggil ‘kak’ pada lakinya. Aku bertamu ke rumah orang jawa, bininya memanggil ‘kang mas’ pada lakinya. Datang pula aku ke rumah orang Padang, Sutan Mangkudung. Bininya memanggil ‘uda’ pada lakinya. Dan kalau ada orang dating ke rumah, kau memanggil apa padaku?

BARABAH
Ibah akan tetap memanggil bapak

BANIO
Kenapa?

BARABAH
Karena Ibah tidak bias merubahnya lagi

BANIO
Bukan karena aku sudah tua Bangka?

BARABAH
Bukan!

BANIO
Bohong!

BARABAH
Betul!

BANIO
Bohong! Terang-terangan aku sudah tua bongkok!

BARABAH
Ibah berani sumpah, pak

BANIO
SUMPAH APA? KAU BERANI, NANTI MALAM DATING KEKUBURAN TIDAK PAKAI LAMPU? TENTU KAU TIDAK BERANI. AKU SUDAH TUA YA BARABAH? (BARABAH DIAM SAJA) YA, AKU SUDAH TUA DAN SEBENTAR LAGI AKU AKAN MATI. BARANGKALI LIMA ATAU ENAM TAHUN LAGI. KALAU AKU MATI, APA KAU AKAN MENANGIS BARABAH?

(Barabah terdiam)

Ya, aku sudah tua dan sebentar lagi aku akan mati. Barangkali lima atau enam tahun lagi. Kalau aku mati, apa kau akan menangis Barabah?

BARABAH
Ibah akan menangis di kuburan bapak selama seminggu

BANIO
Sesudah kau menangis selama seminggu dan air matamu kering, kau akan menangis lagi? Barabah?

BARABAH
Ibah akan nangis lagi kalau punya air mata lagi

BANIO
BOHONG! SESUDAH MATAMU BENGKAK KARENA MENANGIS SEMINGGU ITU, SEMINGGU KEMUDIAN KAU AKAN DILAMAR ORANG.

(Barabah terdiam)

Ya, ya. Kau akan dilamar seorang lelaki. Laki-laki itu kra-kira lelaki mata keranjang. Ah, bukan, bukan itu saja, dia lelaki pengangguran yang suka ongkang kaki dan tidur jam delapan, lantas bangun dan makan jam sepuluh siang. Besoknya ia tidur jam delapan, bangun dan makan jam dua belas siang. Dan sebelum umur empat puluh, lelaki itu mati. Ia mati di tempat tidur

(Barabah tertawa)


Kenapa kau tertawa?

BARABAH
Habisnya bapak lucu!

BANIO (MEMEKIK)
Apanya yang lucu? Ini tidak lucu!

(BEBERAPA SAAT HENING. LALU SENYUM MAHAL DARI BIBIR BANIO KELUAR JUGA)

Haha…. Memang lucu juga . karena aku dulu begitu. Ketika aku melarat waktu masih bujang dulu, aku menunggu-nunggu seorang kakek yang punya bini muda. Aku mengharapkan kakek itu lekas mati dan bininya akan jadi janda muda. Tapi sialan! Kakek itu tidak mati-mati dan aku makin melarat.

(Barabah tertawa kencang)


Kenapa kau tertawa?

BARABAH
Lucu!

BANIO
MEMANG LUCU. (LALU TEKANAN SUARANYA BERUBAH) BARABAH?

BARABAH
Ya, pak.

BANIO
AKU SUDAH KAKEK-KAKEK KELIHATANNYA YA? AH, JANGAN DIJAWAB. TENTU KAU AKAN BILANG ‘TIDAK, PAK’ ATAU ‘BELUM PAK’. AKU TADI LEWAT DI DEPAN KANTOR JAPENKAB DAN MEMBACA KORAN. JAPENKAB….JAWATAN PENERANGAN KABUPATEN! AH, ORANG-ORANG SEKARANG TERLALU SIBUK DENGAN DUNIA INI, MAU KIAMAT SEHINGGA MEREKA MEMANGGIL WALIKOTA DENGAN SEBUTAN WALKOT. SAYA TADI JUGA MEMBACA KORAN DAN KATANYA DUNIA AKAN KIAMAT. AKU BENCI SAMA TUKANG-TUKANG RAMAL ITU. MEREKA PEMBOHONG SEMUA. TAPI AKU PERCAYA, SEKALI WAKTU DUNIA INI AKAN KIAMAT SEPERTI AKU PERCAYA SUATU WAKTU AKU AKAN MATI. TETAPI AKU TIDAK MAU LEKAS-LEKAS MATI SEBELUM AKU PUNYA ANAK LAKI-LAKI.

(Barabah tersenyum)


Kenapa kau tersenyum? Kau tertawa karena dari sebelas orang perempuan yang kukawini aku tidak pernah dapat anak laki-laki? Aku dulu ahli penabuh gendering. Dram-tam-tam, dram tam tam berjalan keliling kota dalam barisan dengan terompet tro titet trot titet dram tam tam, dram tam tam. He, apa kau masih simpan tambur itu?

BARABAH
Masih ada di gudang

BANIO
AKU DULU LELAKI MATA KERANJANG. HE, KENAPA KAU TERTAWA? MEMANG DULU AKU DIBENCI GADIS-GADIS. SEBETULNYA GADIS-GADIS ITU BUKAN BENCI, CUMA TAKUT AKU TIDAK MEMILIHNYA. KEBODOHAN GADIS-GADIS PADA UMUMNYA SAMA DENGAN DUNIA PERJUDIAN. MEREKA JUDIKAN DIRINYA. MEREKA MENGIRA-NGIRA DIRINYA KERTAS, KOMENTATOR SEOPAK BOLA. DULU AKU BUKAN JAGO TARUHAN, AKU DULU MALAH BINTANG LAPANGAN, BARABAH. HE KAPAN PERTANDINGAN PSSI LAWAN HONGKONG LAGI? KALAU DAPAT RATUSAN RIBU LAGI SEPERTI SI MUIN, AKU AKAN SUMBANGKAN SAJA KE DEPSOS.

BARABAH
Depsos, pak?

BANIO
DEPARTEMEN SOSIAL. BODOH. AKU TIDAK MAU REBUT-RIBUT LAGI SOAL PEMBAGIAN TANAH SEPERTI SI MUIN. MEMANG MUIN ITU GOBLOK, SANGKANYA TANAH ITU MAU DIBAWANYA MATI SEHINGGA DIA BERTENGKAR DENGAN UNDANG-UNDANG ALNDIPORM. DASAR MUIN GOBLOK! DALAM HIDUPNYA DIA BERANGAN-ANGAN AKAN MEMILIKI TANAH, KALAU BIAS TANAH SEJAGAT INI. PADAHAL KALAU DIA MATI, ORANG CUMA MEMERLUKAN TANAH PALING BANYAK DUA METER BUAT KUBURANNYA! BETUL JUGA USULMU DULU KETIKA AKU HAMPER BERKELAHI DENGAN POLISI. HE, AKU TADI MAU CERITA APA?

BARABAH
Dunia kiamat

BANIO
O, IYA. DUNIA KIAMAT! YA, DUNIA AKAN KIAMAT SUATU KETIKA. DAN SAAT ITU, JANGANKAN BIAS MEMILIKI TANAH DUA METER, DUA JENGKAL PUN TAK KEBURU LAGI BUAT KUBURANNYA!

(Banio capek, dia mengibas-ngibaskan kain sarung; ia melihat sekeliling melewati jendela-jendela)


Kau lihat, alangkah suburnya tanah-tanah itu Barabah

BARABAH
Di mana kau akan bangun rumah buat si Godam?

BANIO
Godam?

BARABAH
Kan dulu bapak yang bilang anak laki-laki?

BANIO
Apa aku punya anak laki-laki selama ini?

BARABAH
Bapak sudah bilang padaku, kalau aku akan punya anak laki-laki

BANIO
OH IYA. IYA…IYA…. SI GODAM? SI GODAM YANG MAHIR MAIN TAMBUR? TRAM TAM TAM, TRAM TAM TAM. APA KAU BIAS MENJAMIN BAHWA KAU AKAN BIAS MELAHIRKAN SEORANG ANAK LELAKI YANG NANTI BIAS PUKUL TAMBUR? TUHAN MAHA TAHU!

BARABAH
Ya. Dulu bapak cerita bagaimana hebatnya si Godam memukul tambur; tram tam tam, tram tam tam dan diapit bendera-bendera merah putih dan penonton bersorak sorai.

BANIO
“HIDUP GODAM! HIDUP GODAM!’ DAN ADA YANG BERKATA “ITU SI GODAM, ANAK LELAKI PAK BANIO DAN BARABAH” KAU TAHU BARABAH, APA ARTINYA GODAM?

BARABAH
Palu yang berduri!

BANIO
PALU YANG BERDURI TAJAM! YA, YA, DI SANA RUMAH SI GODAM. DAN DIA TIDAK BOLEH BANYAK KAWIN SEPERTI BAPAKNYA (MENUNJUK DIRINYA) DAN SI GODAM TIDAK BOLEH GAGAL DALAM PERKAWINAN. O IYA SIAPA NAMA BINIKU YANG PERTAMA?

BARABAH (TERTAWA)
Kalau tak salah, namanya Jamilah!

BANIO
Penasaran aku sama dia! Nama istriku yang kedua?

BARABAH
Rabiatun!

BANIO
OH, IYA RABIATUN. KAU TAHU APA YANG DITANYAKAN PAMANNYA PADAKU? PAMANNYA BERTANYA “APAKAH KAMU PEGAWAI NEGERI?” LALU KUJAWAB “SAYA MARSOSE” DAN PAMANNYA KEMBALI BERTANYA “BERAPA GAJI SEBAGAI MARSOSE?”. INI ADALAH PERTANYAAN YANG PALING KUBENCI! AKU BENCI ADIK RABIATUN, KAKAK RABIATUN, KAKEK RABIATUN, NENEK RABIATUN, KEPONAKAN RABIATUN DAN TENTUNYA PAMAN RABIATUN JUGA. MEREKA DATANG MEMUJI-MUJI AKU KARENA AKU JADI RAJA KARET. TETAPI KETIKA GUBERNEMEN MENANGKAPKU DAN AKU JATUH MELARAT...

BARABAH (MEMOTONG)
Mereka semua lari tunggang langgang....!

BANIO
He.... apa sudah kuceritakan kisah Rabiatun itu?

BARABAH
Sudah sebelas kali

BANIO
Kau ingat nama istriku yang ketiga?

BARABAH
Bapak dulu bilang bapak lupa nama istri yang ketiga

BANIO
Yang keempat juga aku lupa....tapi yang kelima tidak.

BARABAH
YANG MAIN GILA SAMA LAKI-LAKI LAIN ITU?

BANIO
Iya. Iya. Perempuan memang berbahaya, Barabah!

BARABAH
Aku tidak mau!

BANIO
KENAPA “AKU TIDAK MAU”?

BARABAH
Ibah tidak pernah main gila

BANIO
Bukan kau Barabah. Kau baik. Namamu juga bagus; Barabah! Burung pemakan padi. Tapi kau bukan burung pemakan padi, kau burung yang membenih padi

(Barabah senang mendengarnya, ia menutup matanya dan tersenyum)

Kenapa senyum-senyum?

(DIAM )

oh iya, aku lupa nama istriku yang ke sembilan. Kau ingat?

BARABAH
Ingat, yaitu yang kawin dengan Belanda ketika bapak di tawan

BANIO
DIA BERKHIANAT DUA KALI. PERTAMA PADA LAKINYA, KEDUA PADA TANAH AIR. O, BUKAN, BUKAN DUA KALI, TAPI TIGA KALI! DIA MEMBAWA ANAK-ANAKKU YANG PEREMPUAN KE NEGERI BELANDA. AKU TIDAK TAHU BAGAIMANA MEREKA MENCET MUKA-MUKA ANAK-ANAK PERAWANKU MENJADI PUTIH SUPAYA JADI BELANDA!

(Barabah terdiam)

Ketawa sedikit dong...ini lucu

(Barabah diam merengut)

Kenapa kau tidak tertawa?

BARABAH
Ibah cemburu!

BANIO
Cemburu? Kau juga ada rasa cemburu seperti kebanyakan perempuan?

BARABAH
Ibah cemburu bapak akan kawin lagi. Kaum perempuan cemburu kalau suaminya cerita tentang perempuan lain.

BANIO
KAWIN LAGI? APA KAU PIKIR AKU INI AKAN MEREBUT REKOR PERKAWINAN TERBANYAK? SEPERTI ORANG-ORANG MEREBUT PIALA JAGO ANGGAR?

BARABAH
Tapi bapak dulu pernah bilang mau kawin lagi

BANIO
Kapan? Coba kapan? Aku bisa marah ini...

BARABAH
Dua bulan yang lalu

BANIO
OOOOO..... ITU CUMA MAIN-MAIN. SUAMI PERLU SEKALI-KALI MENGUJI BININYA TOH. LAGIPULA AKU INI SUDAH TUA, BARABAH. DAN INI ADALAH PERKAWINANKU YANG KEDUA BELAS KALI DAN TERAKHIR. AKU PIKIR ITU SENDIRI SUDAH REKOR DAN AKU PANTAS DAPAT PIALA

(Barabah terdiam. Banio marah)

Kenapa kau terdiam? Kau tentu setuju pada bini-biniku. Baik, baik Barabah, sebab kau perempuan. Tapi jangan minta aku menangis tersedu-sedu seperti orang lain, sebab aku sudah gagal selama ini.
(Banio menatap ke luar jendela)

Baru sekarang aku tahu, tanah-tanah itu subur...ketika aku sudah tua, bongkok dan ubanan dan sebenarnya sudah tidak laku lagi. He, aku ini sudah tidak bakal laku lagi, meski ditawar-tawar di pasar loakan. Tapi aku tidak peduli apakah aku tidak akan laku di pasaran atau pegadaian. Biarpun kualitas loakan, yang penting masih punya semangat bunyi tambur. Tram tam tam tram tam tam.....

(Seperti teringat sesuatu)


Hee..bagaimana dengan sambel peteku? Aku mau bongkar rumputan alang itu

(TANGANNYA MENUNJUK KE LUAR JENDELA. KEMUDIAN BANIO MINUM KOPI)

Alang-alang itu berbahaya betul untuk ladang, bahkan tanganku luka karenanya.

(KEMUDIAN BANIO MENGIKATKAN KAIN SARUNG KE PINGGANGNYA DAN KEMUDIAN MEMBERIKAN KEPADA ISTRINYA TEMPAT TEMBAKAU ROKOK. BARABAH MENGGULUNGKAN DAUN ROKOK BUAT SUAMINYA)

Aku kepingin naik kapal terbang suatu kali

BARABAH
Naik kapal terbang?

BANIO
IYA. CUMA ITU YANG BELUM PERNAH KUNAIKI. AKU SUDAH PERNAH NAIK MOBIL, SEPUR, KUDA, KERBAU DAN BAHKAN NAIK GUNUNG. SEMUA SUDAH PERNAH, KECUALI NAIK KAPAL TERBANG. AKU MELIHAT POTO BUNG KARNO NAIK HELIKOPTER.

BARABAH
Bapak bersihkan saja dulu alang-alang itu, biar kapal terbangnya bisa mendarat di stitu

MEMBERIKAN LINTINGAN ROKOK TADI

BANIO (KETIKA ROKOK ITU DIPELINTIRKAN DI BIBIRNYA, BANIO MEMBENTAK)
Mana korek apinya!?

BARABAH
Itu, di atas meja

BANIO (SENYUM MAHAL)
Iya, tapi tolonglah korekkan sedikit

(Barabah menyalakan korek api, tapi banio meniupnya. Terjadi beberapa kali. Setelahnya barulah api korek itu membakar rokoknya)

Dari sebanyak itu biniku, Cuma kaulah...hmmmm....saya menyebutnya....Cuma kaulah yang bisa memasangkan korek api dengan benar. Aku janji aku tidak akan kawin lagi!

BANIO PERGI EWAT PINTU BELAKANG. BARABAH BERMAKSUD MENUJU KE TEMPAT IA BIASANYA MERENDA, TAPI MENDADAK IA MENDENGAR SUARA KETUKAN PINTU DEPAN. BARABAH MENUJU PINTU.


ADEGAN II


BARABAH MEMBUKA PINTU DAN NAMPAKLAH SEORANG PEREMPUAN MUDA YAITU ZAITUN. IA MEMPERSILAHKAN ZAITUN MASUK. IA BERJALAN LEBIH DULU KE DALAM, KETIKA IA MEMBALIKKAN TUBUHNYA, DILIHATNYA ZAITUN MASIH TERPESONA MEMANDANGI ISI RUMAHNYA. BARABAH CURIGA, TAPI IA BERUSAHA MENUTUPINYA

BARABAH
Masuklah...

(heran dengan kelakuan Zaitun)

Ada apa?

ZAITUN
Saya melihat cicak

BARABAH
Cicak atau tikus?

ZAITUN (MELANGKAH MASUK)
Cicak. Sepasang cicak yang saling memburu. Ibu saya menafsirkan itu adalah pertanda jodoh

BARABAH
Jodoh?

ZAITUN
Ya, jodoh. Ibu saya ahli sekali dalam hal bertenung kartu

BARABAH
Silakan duduk

ZAITUN (DUDUK)
Cicak-cicak itu firasat yang baik. Begitu saya masuk, begitu ada pertanda

BARABAH
Saya belum pernah mendengar takhayul seperti itu

ZAITUN
O, ibu saya ahli pertakhayulan. Cicak-cicak itu pertanda baik juga dalam takhayul, kecuali kalau kucing berkelahi

BARABAH
Dan firasat yang tadi, apakah membaikkan bagi saya atau situ?

ZAITUN
Bagi saya

BARABAH (KECEWA TAPI MASIH TERTARIK)
Jadi, itu berarti akan terjadi pertemuan jodoh?

ZAITUN
Ya. Akan terjadi perkawinan yang bahagia

BARABAH
Perkawinan siapa?

ZAITUN
Kalau menurut takhayul, yang melihatlah yang akan kawin

BARABAH
Siapa?

ZAITUN (GUGUP)
Tentulah....tentulah saya. Maaf, saya ingin bertanya dulu. Apa betul ini rumah pak Banio? Sebenarnya saya tadi sudah menanyakan pada orang-orang di seberang jalan, Cuma saya takut salah.

BARABAH
IYA BETUL. INI RUMAH PAK BANIO

ZAITUN
Bolehkah saya bertemu dengan pak Banio? Saya Zaitun.

(Barabah Terdiam)


Bilanglah ada tamu jauh. Katakan Zaitun datang, tentu beliau nanti akan tahu

BARABAH
Beliau sekarang ada di ladang

ZAITUN
Sedang apa beliau di sana?

BARABAH (KESAL)
Beliau di ladang sedang mencabuti alang-alang...!

ZAITUN
Oh.....rajinnya. ternyata meskipun sudah tua, beliau masih kuat

BARABAH
Kuat?

ZAITUN
IYA, KUAT MENCABUTI ALANG-ALANG. SEBENARNYA KAN ILALANG ITU SUKAR SEKALI DICABUT. MESTI PAKAI TRAKTOR, BARU AKARNYA AKAN TERBONGKAR.

BARABAH
TAPI SUAMI SAYA MEMANG KUAT. BELIAU TIDAK PERNAH MEMERLUKAN TRAKTOR UNTUK MENCABUT AKAR-AKAR ILALANG YANG BANYAK ITU. BELIAU PUNYA BANYAK PIARAAAN ILALANG DAN DAUN ILALANG ITU TAJAM-TAJAM BUKAN?

ZAITUN
O, tentu saja. Waktu kecil pun saya pernah menangis karena dilukai daun-daun ilalang, lalu saya mengadu pada bapak saya. Tapi malah ia marah-marah....

(ketawa)

O, saya lupa bertanya, piaraan? Apa ilalang itu dulu sengaja ditanam dan dibuat ladang?

BARABAH
Sengaja!

ZAITUN
masyaAllah

BARABAH
DI SITU JANGAN KAGET. SUAMI SAYA, MEMPUNYAI DUA BELAS LADANG ILALANG, ILALANG YANG TIDAK PERNAH DIPELIHARANYA BAIK-BAIK, SEPERTI TERHADAP ISTRI-ISTRINYA. DAN SEKARANG, RUPA-RIPANYA BELIAU AKAN MENCABUT RUMPUN ILALANG YANG KEDUA BELAS

ZAITUN
O, syukurlah...

BARABAH
Syukur?

ZAITUN
Ya, syukur.

(MERASA GELI DAN BERMAKSUD MENYENANGKAN HATI BARABAH)

Nantinya, tentu beliau akan menanam lagi ladang ilalang yang ke tiga belas. O, saya lupa bertanya. Apa beliau sehat saja?

BARABAH
KALAU TIDAK SEHAT, MASA BELIAU SANGGUP MEMBIKIN LADANG ILALANG DUA BELAS KALI. DAN SEKARANG, SESUDAH DI TANAM, YANG KEDUA BELAS ITU AKAN DICABUTNYA PULA. SEKARANG MAU CARI BIBIT ILALANG KETIGA BELAS! ILALANG YANG MONTOK!

ZAITUN
O, begitu. Lucu juga beliau

BARABAH
MEMANG LUCU, SEHINGGA SEMUA KEJADIAN-KEJADIAN YANG BELIAU BIKIN ADALAH LELUCON BAGI SAYA. DAN TERKADANG LELUCON ITU MENYAKITKAN HATI JUGA.

ZAITUN
Memang. Tapi tadi di atas kereta api, waktu saya mau kesini, ada lelucon

BARABAH
Hmmm....

ZAITUN
Ada dua orang muda-mudi, di atas kereta ketika ditanyai karcis, mereka pura-pura tidur ngorok

BARABAH
Hmmm, saya juga pernah melihat penipuan begitu. Tapi bukan anak muda. Yang menipu itu adalah gadis, gadis montok

ZAITUN
Hah.... sepertinya lucu juga

BARABAH
Buat saya sendiri tidak lucu. Mereka itu setidak-tidaknya pernah sekolah, pernah diajar gurunya, kalau naik kereta api mesti beli karcis. Malah mereka menyerobot macam garong saja. Mereka itu harusnya ditangkap. Tidak peduli mereka itu siapa!

ZAITUN
Benar juga

BARABAH
Memang benar! Kecuali, kecuali....kecuali kalai kepala stasiun telah memberikan karcis gratis. Tapi semestinya di zaman merdeka ini, tidak boleh ada karcis gratis. Itu korupsi halus! Tidak demokratis!

ZAITUN
BETUL, SAYA SETUJU. ITU KORUPSI HALUS! MEMANG TIDAK DEMOKRATIS

BARABAH
Itu juga semacam garong di siang hari!

ZAITUN
Betul. Betul, itu garong di siang hari. Oh iya. Bapak mana ya? Apa bisa beliau dipanggil sebentar? Saya ada perlu sekali

BARABAH
Perlu sekali? Soal apa kira-kira yang akan disampaikan?

ZAITUN
Sebenarnya saya malu mengatakannya bu...

BARABAH MERASA SENANG MENDENGAR KATA ‘BU’

BARABAH
Ah, jangan malu-malu, nanti saya katakan

ZAITUN (RAGU)
Ini....ini....Soal perkawinan

BARABAH
Perkawinan siapa?

ZAITUN
saya

(Barabah terdiam, mencoba menyembunyikan kegelisahannya dan pura-pura mendongakan kepalanya ke arah jendela)


Iya, perkawinan

BARABAH
Apa sudah gawat betul?

ZAITUN
Dibilang gawat ya, tidak. Tapi ini penting

BARABAH
SOAL PERKAWINAN MEMANG PENTING, HARUS DIPIKIRKAN MASAK-MASAK. SAMA SEPERTI PARA PEREMPUAN MENANAK NASI, KALAU KURANG MASAK, AKAN TERASA KERASNYA. KALAU TERLALU MASAK MALAH MUTUNG DAN LAKI-LAKI AKAN MENCELA KITA. KATA MEREKA KITA SEMBRONO. LAKI-LAKI MEMANG CUMA TAHU MAKAN DAN MENGOCEH SAJA PADA PEREMPUAN, BIAR PUN (MENDADAK BERURAI AIR MATA) BIARPUN KITA PEREMPUAN SUDAH SUSAH PAYAH MEMASAKKAN NASI DAN MEMBIKINKAN SAMBEL PETE KESUKAANNYA.

(Zaitun merasa heran, lantas dia mencoba mendekati barabah bermaksud merujuk. Tapi barabah tidak mau)

Aku tidak mau dipegang siapapun lagi

ZAITUN
Kenapa? Maaf kalau ada kata-kata menyinggung perasaan ibu

BARABAH
Perempuan tidak salah, laki-lakilah yang salah

ZAITUN
MEMANG LAKI-LAKI YANG SALAH DAN KITA BENAR. MAAF BU KALAU KATA-KATA SAYA TENTANG ANAK-ANAK YANG TIDAK MEMBELI KARCIS KERETA API TADI MENYINGGUNG PERASAAN IBU

BARABAH
Jangan pidato panjang lagi di rumah ini. Kau juga tidak membeli karcis

ZAITUN (MERASA TERSINGGUNG)
Ada apa ini? Saya membeli karcis. Bahkan saya membeli dua karcis. Kenapa saya dituduh demikian? Saya masih punya uang dan saya masih....masih....

BARABAH (MEMOTONG)
Jangan mulai pidato lagi! Kau telah membawa cicak-cicak ke rumah saya ini. Rumah ini bukan rumah takhayul atau kantor nikah. Rumah ini rumah saya dan suami saya

ZAITUN
Saya tahu, saya tahu

BARABAH
SEJAK ENGKAU DATANG TAD, SAYA SUDAH SABAR-SABARKAN HATI. SAYA SUDAH MENYINDIR-NYINDIR TAPI RUPANYA SAYA DIBIARKAN PANAS PENASARAN

(MENANGIS TERSEDU-SEDU)

Saya tidak mau melepaskan dia seperti sebelas istrinya yang lain itu

(Zaitun kaget dengan ucapan Barabah itu, ia beranjak ke pintu dan berdiam di situ. Melihatnya Barabah makin kesal dan menantangnya)

Jangan lama-lama berdiri di situ! Saya sudah cukup sabar. Nanti kau melihat cicak di loteng lagi dan kau akan berpidato lagi tentang kawin

ZAITUN
Ini tentang perkawinan saya, bukan perkawinan ibu!

PERGI. KETIKA ZAITUN SUDAH PERGI, BARABAH BERKATA LIRIH SAMBIL TERSENDAT-SENDAT MEREDAKAN TANGISNYA SENDIRI

BARABAH
Dikiranya aku ini masih boca atau nenek-nenek yang sudah lemah apa?

Barabah duduk di kursi dan tangannya mengambil gelas besar dan minum darinya. Ia tersadar itu gelas kopi suaminya, lalu ditaruhnya kembali

Kopinya tak mau diminum lagi! Bukan laki-laki saja yang mata keranjang, perempuan juga mata keranjang! Untung dia tidak lama-lama di sini. Dan untung pula tanganku tidak memegang pisau penumis cabe. Kalau ada, sudah kupotong-potong dagingnya yang montok itu dan kubumbui cabe! Biar dia tahu, aku ini perempuan yang bukan saja bisa mengiris-ngiris cabe tapi juga...

(menangis lagi)

Tapi juga perempuan yang bisa mengiris perempuan. Biar dia tahu! Biar! Tidak peduli dia mengadu pada polisi, biar!

BARABAH PERGI KE JENDELA. BARABAH TIDAK MENYADARI KALAU DIAKHIR OCEHANNYA, BANIO SUDAH MASUK LEWAT PINTU BELAKANG

BANIO
Ada apa semua ini?

BARABAH
Ibah tidak peduli apakah bapak akan memarahi saya, tapi dia telah saya usir!

MENGHINDARKAN DIRI

BANIO
Siapa? Laki-laki?

BARABAH
Perempuan

MENGHINDARKAN DIRI

BANIO
O, kukira laki-laki

BARABAH BERUSAHA MENGHINDAR DARI TATAPAN BANIO SAMBIL MENGATAKAN KALAU IA TIDAK MAU MELIHAT SUAMINYA

BARABAH
Katakan terus terang kalau bapak mau kawin lagi

BANIO
Siapa? Aku?

BARABAH
Iya! Siapa lagi!? Biar bapak dapat piala

BANIO
Barabah! Jangan sindir aku! Aku sudah tua!

BARABAH
Tapi buktinya, telah datang seorang perempuan menanyakan bapak! Dia memaksa saya untuk memanggil bapak ke ladang. Tapi saya menolak! Saya tidak mau membiarkan suami saya diambil seenaknya oleh perempuan lain.

BANIO
Siapa perempuan itu!?

KARENA KECAPEKAN BERPUTAR-PUTRA RUANGAN, BARABAH DUDUK DI PETI. BANIO MENYADARI APA YANG TERJADI, KEMUDIAN DIA BERKATA LEMBUT

Siapa perempuan, Barabah?

BARABAH
Ibah hampir saja mengirisnya dengan pisau cap garpu yang bapak beli dulu

BANIO
O...TAK APA. ASAL JANGAN AKU YANG KAU IRIS

BARABAH MENANGIS LAGI

BARABAH
Tapi Ibah tak mau bapak direbutnya. Dia sudah kuusir dan tidak saya eprbolehkan menginjak rumah ini lagi. Ibah berjanji akan mencakar mukanya! Ibah mau menangis lagi sekarang

BANIO
Karena apa?

BARABAH
Karena Ibah tidak mau jadi janda yang dicerai. Karena Ibah tidak mau kehilangan laki

BANIO
Kau belum pernah marah sehebat ini. Seperti orang ngidam saja, sampai kau harus mengusirnya

BARABAH
Karena Ibah cemburu, marah, benci melihatnya!

BANIO (TERSENYUM)
Ini baru bini namanya. Semua biniku selama ini tidak ada yang berterus terang padaku, kecuali kau Barabah.

(Membelai rambut Barabah)

Karena itu, aku ingin mengakhiri kemarahanmu, kebencianmu, kecemburuanmu dan prasangkamu padaku. Aku ini sudah tua Barabah. Yang kau lihat sekarang ini bukan kerangka hidup, tapi sisa-sisanya. Aku sudah tidak mau sisa hidupku yang sedikit ini kukotori lagi, sebab hidupku yang dulu sudah cukup menjijikan. Kau dengar itu semua, Barabah? Nah, sekarang aku mau tanya lagi padamu. Siapa perempuan yang datang tadi? Coba tenang sedikit. Tuhkan, dekat hidungmu ada air matanya

(Barabah lekas menghapusnya)

Sekarang, sebutkan siapa nama perempuan itu?

BARABAH
Dia Cuma seorang perempuan

BANIO
Iya, siapa namanya?

BARABAH
Tidak ingat lagi. Ibah pening...

BANIO
Mari kupijit kepalamu yang pening itu

BANIO BERMAKSUD MEMIJIT KEPALA BARABAH, TAPI SEGERA BARABAH MENCEGAH

BARABAH
Ibah tidak pening lagi. Nama perempuan itu Zaitun

BANIO
Sebesar siapa dia? Darimana dia datang?

BARABAH
Sebesar Ibah, Cuma dia lebih montok

BANIO
Montok....kalau laki-laki melihat perempuan montok, terbakar hatinya sebab gairah. Tetapi kalau perempuan melihat perempuan montok, terbakar hatinya sebab iri hati. Apa kau iri Barabah?

BARABAH
Iya!

BANIO
Kau jujur! Aku senang manusia jujur biarpun dia bodoh. Sekarang katakan apa maksud ia datang kemari.

BARABAH
MULA-MULA IA MELIHAT SEPSANG CICAK DI ATAS LOTENG RUMAH KITA ITU, LALU IA MEMPERSOALKAN JODOH. LALU DIA CERITA SOAL TAKHAYUL DAN KEMUDIAN MENCERITAKAN TENUNG KARTU. DIA BIKIN LELUCON YANG TIDAK LUCU TENTANG DUA PELAJAR YANG TIDAK MEMBELI KARCIS KERETA API.

BANIO
Jadi kalau begitu dia datang dengan kereta api

(tiba-tiba ingat)

Apa kau bilang? Bertenung dengan kartu? Ah, aku benci dengan perempuan yang bertenung dengan dartu dan memang sudah sepantasnya dia kau usir. Aku benci sama perempuan-perempuan yang suka takhayul dan ramalan-ramalan

BARABAH
Neneknya barangkali penjudi

BANIO
Tidak peduli biarpun nenek dan buyutnya sekalian. Pokoknya aku benci perempuan yang menghabiskan waktunya sehari-hari dengan menghadapi kartu-kartu dan biasanya mereka meramalkan suami atau pacarnya! Bukan lelaki saja yang mesti bekerja, perempuan juga. Dan main tenung kartu itu adalah kerjaan yang kurang kerjaan

BARABAH
Dia datang ke sini mau kawin!

BANIO
Mau kawin?

BARABAH
Iya, kawin. Dia menanyakan bapak

BANIO
MENANYAKAN AKU!? HAH, PEREMPUAN MACAM APA ITU? SETAN BARANGKALI! KAU TIDAK SALAH LIHAT SIAPA YANG DATANG TADI? BARANGKALI CUMA HAYALANMU SAJA. COBA KAU GOSOK-GOSOK MATAMU DULU.

(Diam sejenak)

Zaitun? Beribu-ribu orang yang bernama Zaitun di dunia tuhan ini! Nenek dan buyut ibuku juga bernama Zaitun. Sekarang aku bertanya, ini Zaitun yang bagaimana dari ribuan orang yang bernama Zaitun itu?

BARABAH
Ini Zaitun yang montok dan akan kawin. Mungkin dengan bapak!

BANIO
Tidak mungkin, tidak mungkin. Aku sudah bersumpah tidak akan kawin-cerai lagi dan engkau adalah perkawinanku kedua belas dan terakhir. Tapi sekarang aku bertanya, kau masih cemburu?

BARABAH
Masih.

BANIO
Ini mesti diselesaikan hari ini juga kalau begitu. Apa sepeda masih ada dalam gudang?

BARABAH
Bapak mau kemana?

BANIO
MAU KE STASIUN DAN MENGUMUMKAN DI CORONG STASIUN UNTUK MEMANGGIL PEREMPUAN JAHANAM YANG BIKIN KACAU ITU KESINI UNTUK DIPERIKSA APAKAH DIA SEHAT ATAU SINTING. HE, KENAPA KAU DIAM SAJA? APA KAU PIKIR SI TUA INI TIDAK KUAT LAGI NAIK SEPEDA!? AKU PERNAH JADI JUARA LOMBA SEPEDA KETIKA BAN-BAN SEPEDA MASIH BAN MATI. KAU TUNGGU SEBENTAR DI SINI.

BARABAH MELIHAT SUAMINYA PERGI KE BELAKANG, LALU IA BERKATA SENDIRI

BARABAH
MEMANG DIA PEREMPUAN JAHANAM, MAU MENYEROBOT LAKI ORANG. DULU KETIKA AKU KAWIN DENGAN DIA, AKU BUKAN MENYEROBOTNYA. IA TELAH BERCERAI ENAM TAHUN LAMANYA DARI ISTRINYA YANG KE SEBELAS. AKU DIPINANGNYA SEPERTI JEJAKA MEMINANG GADIS.

BANIO MUNCUL

BANIO
Kenapa kau ngomong sendiri? Nanti kau dianggap orang gila lagi. Aku berangkat.

BANIO PERGI MEMBAWA SEPEDA ONTELNYA, BARABAH MENGANTARNYA SAMPAI KE PINTU. MENUTUP PINTU ITU DAN BERANJAK KEMBALI KE PETI DAN BERMAKSUD MENYULAM. TAK BERAPA LAMA, TERDENGAR KETUKAN PINTU.


ADEGAN III


BARABAH MENYAMBANGI PINTU, DIBUKA DAN NAMPAK ADIBUL YANG TUBUHNYA KEKAR TAPI AGAK SEDIKIT BONGKOK. IA MELIHAT LOTENG

BARABAH
Apa saudara melihat cicak di situ?

ADIBUL
Tidak.

BARABAH
Apa saudara polisi?

ADIBUL
Bukan. Saya kusir

BARABAH
Bohong! Pasti saudara polisi

ADIBUL
MEMANG SAYA DARI KANTOR POLISI, TAPI SAYA BUKAN POLISI. SAYA KUSIR SADO.

BARABAH
YA, YA. SAYA TAHU, SAUDARA ADALAH POLISI RESERSES SEPERTI KATA ORANG, YANG TIDAK MEMAKAI PAKAIAN DINAS. BIAR PUN BEGITU, SAYA TIDAK TAKUT. MANA PEREMPUAN ITU! YA, YA, SAYA TAHU PEREMPUAN ITU TELAH MENGADU KE KANTOR POLISI KALAU SAYA SUDAH MENGUSIRNYA, TAPI SAYA TIDAK TAKUT. SAYA TIDAK TAKUT, KEPADA SIAPA SAJA YANG BERANI MELAWAN HAK SAYA. APALAGI KALAU HAK ITU MENYANGKUT SUAMI SAYA. DIA ADALAH SUAMI SAYA DAN BUKAN SUAMI ORANG.

ADIBUL
Ya, itulah maksud saya

BARABAH
Apa maksud saudara?

ADIBUL
Ingin bertemu dengan suami ibu

BARABAH
Ingin bertemu dengan suami saya?

ADIBUL
Ya.

BARABAH (TEGAS)
Dia tidak ada!

ADIBUL
Kalau begitu, bolehkah saya menunggu sampai dia datang?

BARABAH MULAI MEMERHATIKAN ADIBUL DARI UJUNG RAMBUT SAMPAI UJUNG KAKI

BARABAH
KITA ORANG TIMUR. TIDAK DEMIKIAN SEBENARNYA MAKSUD SAYA CARA MENERIMA TAMU. KAMI ORANG UDIK SEPERTI DIKATAKAN ORANG-ORANG KOTA. TAPI DALAM SOAL TETEK BENGEK, KAMI TIDAK PERNAH MENGADU PADA POLISI, KECUALI SOAL-SOAL PENCURIAN ATAU PEMBUNUHAN. TAPI SAYA PERCAYA, POLISI-POLISI KAMI TIDAK AKAN MELADENI PEREMPUAN MACAM DIA. DAN SAUDARA PASTI BUKAN POLISI DARI DAERAH KAMI INI.

ADIBUL
Memang. Memang benar.

BARABAH
Kalau saya akan ditangkap soal pengaduan perempuan itu yang semuanya tentu hanya omong kosong, saya terima. Dengan catatan kalau yang menangkap adalah polisi-polisi kami.

ADIBUL
SAYA AKAN MENANGKAP IBU? TIDAK. SUNGGUH MATI, TIDAK. MALAHAN SAYA YANG PERNAH DITANGKAP POLISI SEWAKTU MENABRAK ANAK KECIL DENGAN SADO SAYA. SAYA INI KUSIR, TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN POLISI. JIKALAU ADA, ARTINYA SAYA MELANGGAR PERATURAN LALU LINTAS.

BARABAH
BUNG, KITA INI ORANG TIMUR. SAYA BISA MENGHORMATI TAMU-TAMU SAYA. TAPI SUAMI SAYA MEMESANKAN, JANGANLAH MENERIMA TAMU LELAKI KETIKA SUAMI TIDAK ADA DI RUMAH. SAUDARA SEPUPU SAYA YANG LELAKI SAJA TERPAKSA SAYA SURUH BERKELILING DULU SEBELUM SUAMI SAYA DATANG.

ADIBUL
TAPI SAYA DATANG DENGAN MAKSUD BAIK. SAYA BUKAN LELAKI SEMBARANGAN

BARABAH
Saya juga bukan perempuan sembarangan! Suami saya sekarang tidak ada di rumah. Ia pergi ke stasiun

ADIBUL
Mau apa ke stasiun?

BARABAH
Mau mencari perempuan jahanam itu. Ya, perempuan itu betul-betul ayam putih kesiangan!

ADIBUL
PEREMPUAN JAHANAM? SIAPAKAH NAMANYA?

BARABAH
Siapa namanya, tidak penting disebut. Sebab perempuan jahanam macam dia tidak perlu punya nama. Karena mereka mencemarkan nama mereka sendiri dengan kelakuannya yang terkutuk

ADIBUL
Oh, begitu.

BARABAH
Jangan berlagak bodoh bung. Saya memang boleh kau tuduh perempuan judes. Boleh saja. Saya juga menghormati ada sopan santun, tapi itu pun ada batasnya. Saya dari tadi pusing kepala memikirkan nasib saya.

(lesu)

Saya tidak peduli akan marah sama polisi atau pak kapten. Saya kalau marah, sering lupa diri. Perempuan-perempuan memang begitu kalau cemburunya datang.

ADIBUL
Memang begitu

BARABAH PERGI DUDUK KE PETI

BARABAH
SAYA PUSING KALAU MEMIKIRKAN LELAKI. SEMUA PEREMPUAN PUSING KALAU MEMIKIRKAN KELAKUAN SUAMINYA. TIAP HARI SAYA MERENDA BAJU UNTUK ANAK SAYA YANG BAKAL LAHIR, BEGITU SETIANYA SAYA, TETAPI LELAKI TIDAK PERNAH SEDIKITPUN BERTERIMA KASIH PADA PEREMPUAN. MALAH MEREKA MENGEJEK MASAKAN ISTRINYA, GULAI YANG KEBANYAKAN SANTANLAH, IKAN ASIN YANG KELIWAT ASINLAH. MANA ADA IKAN ASIN YANG TIDAK ASIN?

ADIBUL
Semua ikan asin memang asin!

BARABAH
Tapi selalu kalian laki-laki mengatakan ikan asin kelewat asin! Itu kesalahan pabrik ikan asinm, bukan kesalahan bini mereka!

ADIBUL
YA, MEMANG KESALAHAN PABRIKNYA. PABRIK-PABRIK ITU MESTI DIRITUIL, BU.

BARABAH
orang-orangnya juga mesti dirituil.seperti yang saya baca di koran

ADIBUL (Duduk secara tak sadar)
Ibu suka baca koran?

BARABAH
Ya. kalau saya pulang belanja di depan kantor penerangan

ADIBUL
Belakangan ini saya membaca sering terjadi penyelundupan beras

BARABAH
Itu kerjaan lelaki! Perempuan cuma tahu menanak nasi!

ADIBUL
Tapi lelaki yang menyelundupkan beras, kebanyakan atas anjuran istrinya

BARABAH
Iya, disitulah kesalahan perempuan. Itu saya akui

MENDADAK BANIO MUNCUL DARI PINTU DEPAN SAMBIL BERTERIAK MENGGERUTU

BANIO
Sial! Dia tidak ada di stasiun. Mana ban sepeda ku kempes lagi!

SAAT MASUK, BANIO KAGET MELIHAT ADIBUL

BARABAH
POLISI INI MENCARI BAPAK

BANIO
Mana pakaian dinasmu kalau kau betul-betul polisi!?

BARABAH
Dia menyamar

BANIO
Menyamar? Oh, ya, iya. Laki-laki mata keranjang memang suka menyamar kalau datang ke rumah bini orang. Busyet benar!

(Pada Barabah)

He, inikah perempuan yang kau bilang itu Barabah?

ADIBUL
Saya bukan polisi, saya kusir!

BARABAH
Diam kau! Saya tidak bertanya pada kau!

(Pada Barabah)

Inikah perempuan berkumis itu? Hmm, baru kali ini selama hidupku melihat perempuan berkumis dan rambutnya seperti jambul kuda

ADIBUL
Memang saya saban hari bergaul dengan kuda, pak. Bagaimana bapak bisa tahu itu?

BANIO
DIAM! BUSYET, TERNYATA KAU INI BUKAN HANYA BERGAUL DENGAN KUDA, TAPI PANDAI JUGA BERGAUL DENGAN PEREMPUAN. BARABAH! KAU MULAI MEMBOHONGIKU, SEPERTI JUGA ISTRIKU YANG KELIMA DAN KESEMBILAN! KAU BETUL-BETUL BURUNG BARABAH; DIAM-DIAM MEMAKAN PADI!

BARABAH
Aku tidak berbuat apa-apa pak!

BANIO
bohong! Siapkan semua pakaian-pakaianmu dan masukan dalam keranjang!

BARABAH
Tapi....tapi saya malah mengusir dia!

ADIBUL
Ya, pak. Saya diusirnya!

BANIO
KAU LELAKI MATA KERANJANG YANG TOLOL! KALAU PEREMPUAN MENGUSIR, ITU TANDA PURA-PURA. KENAPA KAU TIDAK BUJUK TERUS SAMPAI BERHASIL? MEMBUJUK PEREMPUAN HARUS BERANGSUR-ANGSUR, TOLOL. BUKAN SEKALI BUJUK TERUS KAU RAMPAS!

ADIBUL
Saya tidak membujuknya. Saya mau ketemu dengan pak Banio! Bapak sudah dikenal sampai ke kota. Saya kenal bapak adalah seorang jagoan!

BANIO
TAPI KAU BERLAGAK JAGOAN HARI INI DENGAN KELAKUANMU! KALAU KAU MAU COBA? BOLEH, AKU BIKIN KAU MATI SEKALIAN!

(PADA BARABAH)

HE, DIA LELAKI JAGOAN YA?

BARABAH
Ibah tidak tahu. Dia polisi

ADIBUL
saya bukan polisi. Saya ini kusir bendi

BANIO
Diam kalian berdua! Kalian sudah salah bikin siasat! Harusnya kalian berdua berembuk dulu soal pekerjaan kau

(MENUNJUK ADIBUL)

DAN KALAU PERLU PAKAI NAMA SAMARAN. DAN KAU JUGA BARABAH! KAU MESTINYA TIDAK SALAH MEENYEBUT PADAKU KALAU DIA INI LAKI-LAKI DAN BUKAN PEREMPUAN. POTONG DULU KUMISNYA DAN PANJANGKAN DULU RAMBUTNYA YANG SEPERTI KUDA JANTAN ITU, BARU KAU NAMAKAN DIA PEREMPUAN.

BEDEBAH KALIAN BERDUA! HAYO, KELUAR KAU DARI RUMAHKU!

(PADA ADIBUL)

KAU JANGAN PERGI DULU KALAU KAU BETUL-BETUL LELAKI JANTAN. KAU TUNGGU DI LUAR SAMPAI SAYA DAN BINI SAYA BERES!

ADIBUL
Tapi saya kusir dan saya datang ke sini untuk....

BANIO (Memotong)
Untuk apa ha? Untuk naik sado?

ADIBUL
Untuk mengurus perkawinan

BANIO
Tepat! Cocok! Nomor tebkan ini betul-betul tidak meleset!

(ADIBUL KETAWA SENANG)

Kenapa kau tertawa? Kau pikir ini lelucon?

ADIBUL
Saya tertawa sebab saya gembira

BANIO
Gembira? Gembira karena kau dapat merampas hak milik orang lain?

ADIBUL
bukan, bukan itu pak. Gembira sebab bapak bisa menebak!

BANIO
Kau pikir aku ini kakek-kakek linglung apa? Biarpun aku sudah tua, aku masih bisa menebak gerak-gerik hati orang!

ADIBUL
YA, JUSTRU KARENA ITU! SAYA SENANG BAPAK BISA MENEBAK GERAK-GERIK HATI SAYA

BANIO
Bajingan kau!

(MENDEKATI ADIBUL DAN MENGUKUR KEKUATANNYA DENGAN DIRINYA YANG SUDAH TUA)

KAU JAGOAN JUGA RUPANYA YA?

ADIBUL
Bukan pak. Tapi koran-koran di kota menulis bahwa saya jagoan

BANIO
Jagoan apa?

ADIBUL
Ya, cuma berkelahi dengan seekor harimau. Saya jadi malu dengan muka cacat saya ini!

BANIO
Jadi kau lah orangnya yang ditulis di koran-koran itu. Bagus! Tapi kau jangan sombong dulu. Yang berdiri dihadapanmu ini

(MENEPUK DADA)

BUKAN SAJA TELAH MENYATE SEEKOR MACAN, TAPI TUJUH EKOR MACAN! KAU BELUM APA-APA SUDAH BERLAGAK SEPERTI JAGOAN.
COBA KAU LIHAT PUNGGUNG DAN DADA SAYA INI

(MEMBUKA PAKAIANNYA, NAMPAK BEKAS CAKARAN)

BELUM LAGI YANG DI PUNGGUNG SAYA. TUJUH EKOR MACAN SUDAH KUBUNUH, DAN COBA KAU PERIKSA GUDANG BELAKANG, ADA TUJUH EKOR MACAN DAN SUDAH DITAWAR SEPULUH RIBU PER KEPALA.
TAPI AKU BUKAN ORANG SERAKAH MAU JUAL KEBANGGAANKU UNTUK SOMBONG. TAPI KAU BARU SATU EKOR SUDAH BERLAGAK JADI JAGOAN! KAU LAGAK YA, MENTANG-MENTANG MASIH MUDA?

ADIBUL
Saya tidak berlagak jadi jagoan pak, koran-koran itu yang menulis

BANIO
KORAN-KORAN MEMANG SUKA SENSASI. DULU AKU TIDAK TAHU ARTI PERKATAAN SENSASI. TAPI MELIHAT HUBUNGAN ANTARA KAMU DAN BINI SAYA SEPERTI YANG SAYA LIHAT INI. KALAU SAYA WARTAWAN GOT, TENTU SAYA SUDAH BIKIN SENSASI DI KORAN

ADIBUL
HUBUNGAN? HUBUNGAN APA? SAYA MALAH NAMA BINI BAPAK SAJA SAYA TIDAK TAHU.

BANIO
bohong!

(KEPADA BARABAH)

BARABAH! BETUL DIA TIDAK KENAL NAMAMU?

BARABAH
Betul. Saya juga tidak kenal namanya

BANIO
AH! KENAPA KALIAN TIDAK KOMPAK SEPERTI MODEL ZAMAN SEKARANG. SIALAN KALIAN! SIAL BETUL! KALIAN BERDUA BETUL-BETUL GOBLOK!

ADIBUL
Saya tidak goblok!

BANIO
Siapa bilang kau tidak goblok!?

ADIBUL
Saya yang bilang

BANIO
Kau ngotot ya!? Mentang-mentang kau masih muda!? Baiklah, baik! Sekarang kau keluar! Tapi….

ADIBUL (Heran)
Tapi….tapi apa pak?

BANIO
Ah, sudahlah! keluar! Keluar kataku sebelum saya naik pitam!

ADIBUL KAGET LALU KELUAR. BANIO MENYABARKAN HATINYA, DIA PUN DUDUK DI KURSI. DIA MENGURUT-URUT KENINNYA. DIA TERDIAM LAMA MELIHAT BARABAH TAK MENANGIS

BANIO
Kau tahu kenapa aku diam, Barabah?

(Barabah tak menjawab)

Aku diam sebab kau tidak menangis. Aku menunggu kau menangis, seperti bini-biniku dulu menangis untuk menyembunyikan kesalahannya. Kau lebih kuat, kau perempuan kuat. Akh, biarpun marah, aku tetap kagum padamu, Barabah. Kau istriku berbeda dari yang lain.

(suaranya melembut)


Sekarang aku ingin bertanya padamu, Barabah. Siapa lelaki bertampang buruk itu?

BARABAH
Saya tidak tahu, pak

BANIO
Bohong!

(Berdiri, menatap wajah Barabah. Barabah membalas tatapan itu dengan tajam)


Matamu berkata, bahwa kau tidak berbohong

BARABAH
Kenapa bapak marah betul kelihatannya?

BANIO
Sebab aku cemburu

BARABAH (Kaget)
Hah? Bapak cemburu? Kenapa pula bapak cemburu?

BANIO
Sebab lelaki muda itu. Sebab kau juga muda. Kami yang tua-tua ini tak bias kembali muda. Sebab itu aku cemburu!

BARABAH
Tapi dia dan saya tidak ada apa-apa. Ibah sudah berkata padanya sewaktu dia masuk “Janganlah bertamu ke rumah orang, ketika suaminya tidak di rumah. Itu adat timur” kata saya.

BANIO
Betul? Betul kau ingat pesan-pesan saya dulu?

BARABAH
Bagaimana Ibah akan memanggil dia. Ibah tidak tahu namanya!

BANIO BERDIRI LAGI DENGAN KEKARNYA. DILIHATNYA BARABAH SEBENTAR UNTUK KEMUDIAN SEAKAN-AKAN MENANGKAP KEJUJURAN DALAM MATA ISTRINYA, IA TEGAP BERJALAN KE PINTU DEPAN.

BANIO
He jagoan! Masuklah

(Adibul masuk)

Ah, kau tidak pergi rupanya. Biasanya para pengecut itu pergi lari. Aku tadi Cuma mengujimu

(memerhatikan Adibul yang tegap dengan kagumnya. Adibul malu)

Kau nampak malu….kenapa? Duduk saja di kursi itu! Semua kursi-kursi sudah kutaruh di gudang belakang, sejak orang-orang sekita tidak setuju dengan perbuatanku

ADIBUL
Apa itu pak?

BANIO
Orang-orang itu benci melihat aku membagi tanah, mematuhi undang-undang landriform pemerintah. Mereka bilang aku cari muka! Coba kaupikir, buat apa cari muka, kalau aku mau aku bias menjadi pegawai pemerintah kalau mau. Tapi bukan itu yang kuinginkan. Lagipula aku sadar, pada akhirnya aku hanya butuh dua meter persegi saja.

ADIBUL
Tapi bapak awet muda. Dua puluh tahun lagi, pasti masih kuat!

BANIO
Kuat apa?

ADIBUL
Kuat untuk hidup

BANIO
Hidupku baru saja mulai. Ini memang hidupku. Aku bangga dengan sisa hidupku ini

ADIBUL
Kalau saya dapat mertua seperti bapak, saya akan senang

BANIO
Kenapa?

ADIBUL
Orang-orang tua di sini, kebanyakan sudah meneyerah pada nasib

BANIO
Ya, mereka pergi ke sana kemari dengan petuah-petuah using membawa wasiat-wasiat. Sedangkan mereka sendiri sebenarnya masih bias mencangkul lading buat cucu-cucunya. He, kau pintar bicara. Kau ini siapa sebenarnya? Betul kau polisi?

ADIBUL
Saya bukan polisi. Saya kusir sado

BANIO
Rupanya kau betul-betul jujur. Saya pernah ketemu kusir sado yang berlagak punya rumah gedong. Saya benci orang-orang yang tidak jujur. Namamu siapa?

ADIBUL
Nama saya Adibul. Adibul congek orang-orang mengejek saya. Sebab waktu kecil, kuping saya ini bernanah

BANIO
Jangan bercerita yang menjijikan! Aku bias muntah

ADIBUL
Tapi ini kenang-kenangan masa kecil saya pak

BANIO
Apa itu kenangan. Kau barangkali suka nonton film. Kata-kata itu Cuma diucapkan bintang-bintang film di bioskop-bioskop. Tapi aku punya kenang—kenangan yang buruk. Siapa tadi namamu?

ADIBUL
Adibul, pak

BANIO
Aku punya kenangan buruk, Adibul. Aku telah sebelas kali kawin cerai

ADIBUL
Saya sudah mendengarnya sebelum ini

BANIO
mereka yang bercerita padamu itu sebab iri hati saja. Dunia ini sudah sedemikian dipenuhi iri hati, sehingga kita bosan. Tapi saya tidak bosan hidup. Apa pekerjaanmu? Apa kau mencangkul saban hari, maka kau yang segini muda jadi bongkok?

ADIBUL
Pekerjaan saya kusir, pak

BANIO
Dari tadi aku mengujimu, kau tetap jujur. Kusir? Kusir yang begini?

(Memeragakan perilaku kusir lengkap dengan desahannya)

Pantas kau bongkok. Tapi apa kau mencintai pekerjaanmu?

ADIBUL
Cinta sekali

BANIO
Selama kau jadi kusir, berapa kali kau ditabrak mobil? Aku tidak bertanya berapa kali kau menabrak orang. Camkan itu!

ADIBUL
Belum pernah!

BANIO
Hebat kau! Hebat! Nah, dimana kau mandikan kudamu?

ADIBUL
Di kali pak

BANIO
Di kali? Apa di kali itu banyak orang yang mandi?

ADIBUL
Banyak juga pak. Terlebih kalau sore hari

BANIO
Siapa yang mandi, laki-laki atau perempuan?

ADIBUL
Kalau perempuan, mandinya di pancuran

BANIO (Ketawa)
Hahahahaa.....Lantas, bagaimana cara kau mandikan kudamu?

(Adibul gugup merasa diuji. Banio memberi isyarat)

Berdirilah, jangan malu-malu. Coba tunjukan padaku cara kau mandikan kuda

(Adibul ragu-ragu. Dicobanya memeragakan cara memandikan kuda)

Kalau begitu, di tempat ini

(menunjuk dirinya sendiri)

Perempuan-perempuan itu mandi, bukan? Kau, ya matamu melihat ke sini. Jadi kau bukan saja memandikan kudamu, tapi juga matamu kau pakai buat melihat-lihat

ADIBUL (Senyum)
Namanya juga orang muda, pak

BARABAH (Menggerutu)
Lelaki tak punya sopan santun

BANIO (Menoleh ke arah Barabah)
Kau bilang apa, Barabah?

BARABAH
Lelaki tidak bersantun

BANIO
Biar! Dia jujur. Seperti aku waktu muda juga begitu

BARABAH
Aku tidak suka menerima tamu tidak sopan!

(Berjalan ke arah pintu belakang, sampai di pintu Barabah berkata)

Rumah ini bukan warung tempat ngobrol yang bukan-bukan

BANIO (Senyum)
Dia sebenarnya tidak galak. Barangkali saja sedang ngidam

ADIBUL
Tapi saya diusirnya tadi!

BANIO
Itu tandanya dia istri yang baik. Kalau kau kawin, carilah perempuan yang sebaik Barabah. Dia bukan hanya bisa masak di dapur, dia juga pemberani dan suka memberi semangat. Dia juga tidak mau kehilangan suami. Sebab itu aku senang padanya.

Kau pernah ikut latihan militer? Dulu aku pernah ditawan. Penjaralah yang membuatku mencintai dunia ini. Aku dulu jago genderang , aku penabuh genderang yang disegani.

(Memanggil Barabah)

Barabah....Barabah....

(pada Adibul)

Coba kau lihat, muka dia pasti merengut. Laki-laki suka melihat istrinya merengut dibikin-bikin

(Barabah muncul dengan muka merengut)

Betul tidak kata-kataku?

(Adibul mengangguk. Pada Barabah)

Barabah, ambillah genderang itu di gudang

(Barabah masuk kembali ke dapur)

Kau tidak tahu bagaimana seharusnya menabuh genderang. Begini, berdiri tegap dan....tramtamtam....tramtamtam...tot tit tet...tot tit teeeeet, dram tam tam dram tamtam..... apa kau tahu kenapa aku suka bunyi genderang? Genderang itu bersemangat. Banyak orang tua kehilangan semangat

(Barabah muncul membawa tambur, banio mengambilnya dan memasang tambur itu dan berdiri. Banio menabuh tambur dan debu-debu pun beterbangan. Banio terbatuk-batuk)

Tambur ini barangkali umurnya lebih tua dari amu, Adibul. Betul namamu, Adibul?

ADIBUL
Boleh saya pinjam?

BANIO
Apa? Pinjam? Kau kan bisanya cuma (mencontohkan gaya kusir) Ssh, sshh, sssh.....

ADIBUL
Ijinkalah saya pinjam barang sebentar

BANIO RAGU-RAGU MEMBERIKANNYA. ADIBUL MEMUKUL TAMBUR ITU DAN BANIO BERDECAK KAGUM DAN TERCENGANG

BANIO
Cobalah sekali lagi, aku tak percaya kupingku

(mengorek telinganya, Adibul kembali menabuh tambur itu)

Hebat, hebat kau! Kau adalah sainganku rupa-rupanya

(Banio tertawa kencang untuk pertama kalinya. Barabah berdiri di pintu, Banio melihat ke Barabah)

Dia hebat bukan?

BARABAH
Rumah ini bukan panggung komedi pak

BANIO
Kenapa kau sekarang jadi pemarah!? Sialan! Kau pikir rumah ini tempat parlemen bertengkar apa? Di rumah ini tak boleh ada pertengkaran. Biar orang lain yang bertengkar, kita jangan ikut-ikutan. Bukan begitu, Adibul?

ADIBUL
Betul

BANIO
Hahahaa.... kau betul-betul hebat, Adibul. Waktu muda...eh, benar nama engkau Adibul? Aku suka salah menyebut nama orang sehingga kalau aku marah pada Barabah, ku panggil dia 'Barakah” Hahahaaa... aku tadi cerita apa?

ADIBUL
Waktu muda...

BANIO
O ya, waktu muda aku suka menyenangkan hati orang tua, seperti yang barusan kau lakukan. Kau seperti aku waktu muda. Ah, taruhlah dulu tambur ini di atas meja. (Mengambil tambur dan menaruhnya di meja) Waktu muda aku hebat seperti kau, jagoan seperti kau. Dan sekarang aku sudah tua, tapi aku tak mau mati lekas-lekas. Aku tidak mau seperti kakek-kakek yang lain, yang nagntuk-ngantuk di depan kuburannya yang digali sepuluh tahun sebelum mereka mati

(Keras dan tegas)


Aku masih kuat melawan semua ini. Aku masih kuat bukan? Tapi kau diam-diam sudah menggantikan kedudukanku!

ADIBUL
Saya hendak mengatakan sesuatu pada bapak. Ini penting, pak

BANIO
Jangan memotong pembicaraan orang tua, kami tak perlu kalian ajarkan bagaimana caranya hidup! Kami sudah cukup pengalaman

ADIBUL
Saya tahu itu

BANIO
Jangan berlagak sok tahu. Kalau kau jatuh dari langit, bagaimana rasanya jatuh dari tempat tertinggi di bumi ini?

ADIBUL
Saya pernah jatuh dari kapal terbang

BANIO (kaget)
Hah? Kau pernah naik kapal terbang?

ADIBUL
Pernah, waktu saya masih muda di zaman Jepang

BANIO
Kau naik kapal terbang, betul kau pernah naik kapal terbang?

ADIBUL
Ya, saya pernah naik kapal terbang

BARABAH
Dia bohong!

BANIO
Janganlah kau ikut campur

BARABAH
Laki-laki semua suka bohong!

ADIBUL
Saya betul-betul pernah naik kapal terbang!

ZAITUN TIBA-TIBA MUNCUL DI PINTU. SEMUA TERKEJUT. BARABAH BERANJAK DARI PETI

ZAITUN (Pada Adibul)
Kenapa begitu lama?

BARABAH (MARAH)
Ini dia perempuan itu! Ini dia si tak tahu malu yang mau menjinakkan suami orang!

ADIBUL MENDEKATI ZAITUN

ADIBUL
Betul kau suka menjinakkan suami orang?

ZAITUN (kaget)
Tidak

BARABAH
Dia bohong! Dia datang kesini mau menguji hatiku dengan sindiran-sindiran.

BANIO
Siapa dia?

BARABAH
Ini dia perempuan yang tadi mencari bapak. Dia mencari-cari suamiku terang-terangan

BARABAHMENANGIS

ZAITUN
Saya datang bukan mencari suamimu. Saya datang mencari bapak saya

BANIO
Bapak? Siapa bapakmu? Siapa kau?

ZAITUN
Saya Zaitun

BANIO
Ada beribu-ribu Zaitun di dunia ini. Kau Zaitun yang mana dan Zaitun siapa?

ZAITUN TERPAKU MEMANDANG BANIO, BANIO MERASA HERAN. BARABAH MEMERHATIKANNYA, MENDADAK DIA MEMEKIK HISTERIS

BARABAH
Perempuan itu melihat kau dengan mesra

ZAITUN (Lirih)
Kaulah bapakku rupanya

BANIO
Aku?

ZAITUN
Ya, bapak

BARABAH
Jangan percaya, pak. Itu siasat!

ZAITUN
Iya, dia bapakku!

ADIBUL
Iya, pak. Dia ini anak bapak

BARABAH TERKEJUT

BANIO
Anak saya? Saya punya berpuluh-puluh anak perempuan. Dia ini dari istri yang mana?

ZAITUN
Dari istri bapak yang ke enam, Ibu Rabiah!

BANIO
Rabiah!? He Barabah, kau ingat istriku yang keenam, Rabiah!?

BARABAH
Yang tukang tenung ramalan itu!?

BANIO (Tenang)
O, iya...ya... Tapi kalian ke sini mau apa?

ZAITUN
kami ke sini dengan kereta api

BARABAH MENDEKATI BANIO

BANIO (Pada Adibul)
Dan ini siapa?

ZAITUN (Kesal melihat Adibul)
Aku sudah menunggumu satu jam di kantor polisi. Apa sudah kau omongkan soal perkawinan kita?

SEMUANY MENGANGA, BANIO TENANG

BANIO
Jangan menganga...nanti masuk nyamuk dalam mulut kalian. Aku sudah menyelidiki dengan teliti, bahwa kau (menunjuk Zaitun) adalah anakku akan kawin dengan (menunjuk Adibul). Kenapa dalam perkawinan zaman sekarang mesti membikin pemberitahuan pada orang tua?

ADIBUL
Itulah sebabnya saya datang

ZAITUN
Ya

BANIO TERSENYUM

BANIO
Rupanya selama ini aku kelewat curiga dengan anak-anak muda. Masih ada juga anak muda yang merundingkan soal perkawinan pada orang tuanya. Dan anak muda itu adalah kalian, anak-anakku. Kenapa kalian semua terdiam? Kenapa? Apa kalian kira aku menyindir?

ADIBUL
kami sebenarnya mau mengatakan hal ini sejelas-jelasnya

BANIO
He, apa kau pikir aku ini sudah pikun? Aku bukan orang goblok yang membuat satu perkara bertele-tele

ADIBUL
Ya, kami mau berterima kasih

BANIO
Perkawinan tidak perlu diawali dengan yang muluk-muluk dulu. Aku sudah cukup gagal sebagai contoh. Apa yang kalian tunggu lagi? Aku bukan orang tua yang banyak cincong minta ini minta itu pada calon mantu, yang kesemuanya akan kalian ungkit kalau bermasalah denganku

(Zaitun mendekati adibul, lalu berbisik. Banio mendelik)

Apa yang dia bisikkan?

ADIBUL
Kami akan ketinggalan kereta api terakhir

BANIO
O, cuma itu.

(Setelah semuanya agak lama terhening)


Kenapa semuanya melongo? Apa yang kalian tunggu lagi?

BANIO GELISAH

ZAITUN
Ibu melarang kami lama-lama sebenarnya, ibu khawatir

BANIO
O, sudah insyaf dia sekarang soal harga diri perempuan? Siapa laki ibumu sekarang Zaitun? Betul kau bernama Zaitun?

ZAITUN
Iya. Suami ibu seorang kepala kuli pelabuhan, pak. Namanya pak Dulsidik

BANIO (Memalingkan muka, sedih)
Zaitun, jangan bilang pada ibumu kalau aku minta maaf

ZAITUN MENDEKATI BANIO LALU SUNGKEM DI KAKI BANIO. BANIO MAKIN TERHARU DAN SECARA TIDAK SADAR IA MEMBELAI RAMBUT ZAITUN

RAMBUTMU HITAM BAGUS

(Berubah sikap)

Apalagi yang kalian tunggu. Pergi cepat-cepat. Jangan bikin aku sedih berairmata. Buatku air mata sangat mahal harganya. Kalau kau jadi istri, tirulah Barabah! Kau dengar!? Pergilah!

(Tangannya pelan-pelan merogoh sabuk pinggangnya. Dari dalamnya ia keluarkan uang)

Ini uang lima ringgit buat jajan di kereta. Ini pertama kalinya aku memberimu uang selama hidupku

ADIBUL DAN ZAITUN AKAN PERGI. SAMPAI DI PINTU, BANIO MEMANGGIL

ADIBUL
Zaitun!

ZAITUN (Membalik terkejut)
Ya, Ayah

BANIO (Tercenung agak lama, lalu mengeraskan suaranya)
Sudah! Pergi lekas, jangan buat aku menangis di depan kalian. Aku bukan orang tua yang cengeng

(Zaitun dan Adibul pergi. Hening sesaat. Banio menarik napas panjang)


Barabah....

BARABAH
Ada apa pak

BANIO
Hari sudah sore rupanya. Tolong pijit kepalaku. Aku capek

(Barabah mendekati dan berdiri tegak di depannya. Banio melihat istrinya dari bawah sampai atas)

Apa kau lihat ada air mata di mataku, Barabah?

AIR MATANYA BERLINANG

BARABAH
Tidak

BANIO
Memang aku tidak pernah menangis!

(Menarik napas)

Hari sudah sore, Barabah. Simpanlah genderang ini dan pemukulnya ke dalam gudang

(Barabah akan mengambil genderang di meja, tapi Banio menangkap tangan Barabah dengan erat)

Tapi nanti dulu! Aku ingin membunyikannya sore ini!

BANIO BERDIRI TEGAP DAN MEMBUNYIKAN GENDERANG ITU DENGAN BAGUSNYA

*****SELESAI*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar